Kamis 20 Sep 2018 20:46 WIB

Donald Trump Minta Spanyol Bangun Tembok Halangi Imigran

Spanyol menjadi negara tujuan para imigran.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Ratusan imigran sub-Sahara Afrika diselamatkan oleh Petugas Penyelamatan Maritim di Selat Gibraltar saat mencoba memasuki pantai Spanyol dengan menggunakan perahu kecil pada Senin (11/8).
Foto: EPA/A. Carrasco Ragel
Ratusan imigran sub-Sahara Afrika diselamatkan oleh Petugas Penyelamatan Maritim di Selat Gibraltar saat mencoba memasuki pantai Spanyol dengan menggunakan perahu kecil pada Senin (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Spanyol membangun tembok di seberang gurun Sahara untuk mengatasi masalah imigrasi.

Dilansir the Guardian, Kamis (20/9), menurut Josep Borrell, Trump menepis keraguan para diplomat Spanyol yang menyebut gurun Sahara membentang sejauh 3.000 mil. "Perbatasan Sahara tidak lebih panjang dari perbatasan kita dengan Meksiko," kata Trump.

Trump berjanji kepada pendukungnya untuk membangun tembok besar di perbatasan AS/Meksiko, yang panjangnya sekitar 2.000 mil. Namun demikian, rencana serupa di Sahara akan dipersulit oleh kenyataan bahwa Spanyol hanya memiliki dua kantong kecil di Afrika Utara-Ceuta dan Melilla-dan tembok semacam itu harus dibangun di wilayah asing.

"Kami dapat mengonfirmasi bahwa itulah yang dikatakan menteri, tetapi kami tidak akan membuat komentar lebih lanjut tentang komentar menteri," kata juru bicara kementerian luar negeri Spanyol.

Trump diduga telah menyampaikan rekomendasi itu ketika Borrell menemani Raja Felipe dan Ratu Letizia ke Gedung Putih pada Juni lalu.  Spanyol berada dalam krisis migrasi. Pada tahun ini lebih dari 33.600 migran dan pengungsi  tiba lewat laut, dan sebanyak 1.723 orang mati saat dalam perjalanan.

Peningkatan imigran, sebesar tiga kali lipat untuk periode yang sama tahun lalu, menandakan Spanyol menjadi  tujuan utama bagi para migran yang melintasi Mediterania daripada Italia dan Yunani. Perdana Menteri  Spanyol, Pedro Sánchez, secara luas dipuji karena mengumumkan bahwa Madrid akan membawa masuk 630 pengungsi ke kapal penyelamat Aquarius. Para pengungsi telah ditolak oleh Italia dan  Malta.

Namun tingginya jumlah kedatangan di pantai selatan Spanyol telah menekan fasilitas penerimaan dan infrastruktur. Masalah itu juga telah digunakan sebagai senjata politik oleh partai sayap kanan yang menuduh pemerintah Sánchez standar terlalu baik pada imigrasi.

Borrell, mantan presiden parlemen Eropa, sebelumnya menuduh Eropa melakukan praktik "politik burung unta" selama krisis migrasi. Dia juga mengatakan masalah Spanyol dikerdilkan oleh orang-orang dari beberapa negara Timur Tengah yang menjadi tuan rumah pengungsi dari perang di Suriah.

"Kami telah menyortir masalah ekonomi, tetapi bukan masalah migrasi karena itu masalah emosional dan bukan masalah yang Anda perbaiki dengan uang. Masyarakat Eropa tidak terstruktur untuk menyerap lebih banyak migran, terutama jika mereka adalah Muslim," ujar Borrel pada acara di Madrid pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement