Kamis 11 Oct 2018 00:24 WIB

Pria Bulgaria Ditahan di Jerman Terkait Pembunuhan Wartawan

Bukti sementara simpulkan pembunuhan tidak terkait pekerjaan korban sebagai wartawan.

Pembunuhan wartawan Viktoria Marinova menimbulkan kemarahan publik di Sofia, Bulgaria.
Foto: EPA
Pembunuhan wartawan Viktoria Marinova menimbulkan kemarahan publik di Sofia, Bulgaria.

REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Seorang pria Bulgaria ditahan di Jerman dan dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap wartawan televisi Viktoria Marinova, kata pejabat Bulgaria pada Rabu (10/10). Tersangka itu ditangkap pada Selasa atas permintaan Bulgaria, kata Menteri Dalam Negeri Mladen Marinov kepada wartawan dalam penjelasan, yang dihadiri Kepala Jaksa Sotir Tsatsarov dan Perdana Menteri Boyko Borissov.

Pihak berwenang Bulgaria mengharapkan Jerman mengirimnya ke wilayah mereka, kata Marinov. Jasad wartawan berusia 30 tahun itu, yang dikatakan polisi diperkosa, dipukuli dan dicekik, ditemukan pada Sabtu.

Di acara televisi terakhirnya, pada 30 September, Marinova memperkenalkan dua wartawan, yang menyelidiki dugaan korupsi melibatkan dana Eropa Bersatu dan menyatakan acaranya, "Detektor" di stasiun televisi setempat NTV, akan melakukan penyelidikan serupa. Kematiannya membuat marah banyak orang di Bulgaria, tempat orang putus asa akibat korupsi dan pemborosan peradilan, yang dikecam Komisi Eropa.

Tersangka itu disebut bernama Severin Krasimirov, berusia 21 tahun. Kepala jaksa Tsatsarov mengatakan pada jumpa pers itu bahwa ia pada tahap ini tidak dapat menyatakan pembunuhan itu terkait pekerjaan Marinova sebagai wartawan. Bukti terkumpul sejauh ini menunjuk pada serangan naluriah dan seksual, katanya.

"Kami mengumpulkan banyak bukti, yang untuk sementara ini menunjukkan bahwa orang itu bersalah. Ia didakwa atas dua kejahatan, pemerkosaan dan pembunuhan terencana dengan kekejaman tinggi," kata Tsatsarov.

"Kami pada titik ini tidak dapat menyatakan bahwa pembunuhannya terkait kegiatan pekerjaannya. Kami terus bekerja untuk semua kemungkinan," demikian Tsatsarov.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement