Jumat 09 Nov 2018 09:16 WIB

Ingatkan AS-Rusia, Gorbachev: Perang Dingin Jangan Terulang

Gorbachev menyayangkan rencana mundurnya AS dari perjanjian nuklir 1987.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Former Soviet President Mikhail Gorbachev (file photo)
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Former Soviet President Mikhail Gorbachev (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW –  Pemimpin Soviet terakhir, Mikhail Gorbachev memperingatkan ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) belakangan ini agar tidak kembali kepada situasi Perang Dingin.

Pria 87 tahun itu dibantu menuju aula bioskop di Moskow untuk menyaksikan pemutaran perdana film dokumenter baru tentang kehidupannya di Rusia. 

Gorbachev mengalami kesehatan yang sangat menurun. Pada 1980-an dia dikenal sebagai sosok reformis kuat.

Waktu itu reformasi 1980-an dan kontrol kuasanya yang membantu mengakhiri Perang Dingin. 

"Kita harus menahan. Dan bukan hanya dari Perang Dingin. Kita harus melanjutkan tujuan yang sudah dipetakan. Kita harus melarang perang sekali dan untuk selamanya. Yang terpenting adalah menyingkirkan senjata nuklir," ujar Gorbchev seperti dilansir Reuters, Jumat (9/11). 

Dia berbicara usai pemutaran film "Pertemuan Gorbchev" yang disutradarai Werner Herzog dan Andre Singer pada Kamis (8/11) waktu setempat. 

Dia mengatakan, dunia kini bergerak semakin dekat dengan perlombaan senjata baru. Bulan lalu, di kolom New York Times, Gorbachev mengecam Amerika Serikat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, berencana mundur dari perjanjian Nuklir Pasukan Jarak-Menengah yang Gorbachev dan Ronald Reagan tandatangani pada 1987.

Pakta tersebut menghapuskan semua rudal nuklir dan konvensional yang berbasis darat dan jarak menengah yang dimiliki kedua negara di Eropa.

Dalam sebuah pesan yang disiapkan dan tertulis dibacakan ke aula oleh seorang ajudan sebelum film, Gorbachev menyinggung artikel itu dan berkata, "Saya yakin kita bisa menghentikan Perang Dingin yang baru. Saya akan melakukan segalanya untuk ini," tulis catatan yang akan dia bacakan.

"Yang paling berbahaya adalah kembali ke konfrontasi, awal dari perlombaan senjata baru. Mereka sudah berbicara tentang perang nuklir seolah-olah ini adalah sesuatu yang sepenuhnya dapat diterima. Ini sedang dipersiapkan, skenario sedang dibahas," kata dia.

Warisannya muncul menyelubungi sebagai hubungan antara Moskow dan Washington yang jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin.

Dia dicerca oleh Rusia sebagai orang yang mereformasi dan menyebabkan pecahnya Soviet, namun di Barat ia dipuji sebagai orang yang mengakhiri  Perang Dingin. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement