Senin 03 Dec 2018 16:54 WIB

Posisi Polandia dalam Perubahan Iklim Dipertanyakan

Tuan rumah pertemuan perubahan iklim, Polandia izinkan sponsor perusahaan batu bara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Polandia
Foto: wikipedia
Bendera Polandia

REPUBLIKA.CO.ID, KATOWICE -- Polandia menjadi tuan rumah pembahasan perubahan iklim yang diselenggarakan PBB, Senin (3/12). Banyak yang mempertanyakan keputusan menjadikan Polandia sebagai tuan rumah. Pasalnya, Polandia menggunakan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Mereka juga mengizinkan dua perusahaan batu bara menjadi sponsor pertemuan ini.

"Menjadikan dua perusahaan batu bara sebagai sponsor pertemuan perubahan iklim menjadi sinyal yang paling buruk di saat yang terburuk," kata Direktur Greenpeace di Eropa Timur dan Tengah, Robert Cyglicki, seperti dilansir dari the Guardian, Senin (3/12).

Peran Polandia sebagai tuan rumah dalam isu perubahan iklim sangat penting. Wakil Menteri Energi Polandia Michał Kurtyka telah mengatakan akan fokus menggunakan hutan untuk mengambil karbon dioksida dari atmosfir. Ia juga memastikan penyebaran penggunaan mobil listrik dan pekerja industri bahan bakar fosil mendapatkan pekerja baru. Namun sepertinya Cyglicki tidak yakin dengan janji Polandia.

"Ini seperti Philip Morris menjadi sponsor pertemuan kesehatan di mana harusnya ada kesepakatan rokok dilarang, kami akan tahu pertemuan ini sukses jika perusahaan batu bara telah menyesal mensponsorinya," kata Cyglicki.

Banyak negara yang memastikan komitmen mereka untuk mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim terutama Prancis dan Cina. Tapi pada pekan lalu, Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres memperingatkan meningkatnya populisme akan mengurangi keinginan politik dari beberapa negara untuk bekerja sama dengan negara lain.

"Semakin banyak pendekatan nasionalistik yang semakin populer dan memenangkan pemilu, menurut saya hal ini akan mendorong melemahnya kemauan politik," kata Guterres.  

Adriana Opromolla, dari Lembaga Swadaya Masyarakt Caritas Internationalis mengatakan setiap hari semakin terlihat banyak rakyat miskin dan rentan di seluruh dunia yang mengalami dampak dari perubahan iklim. Karena itu kemauan politik dari pemimpin-pemimpin negara dari seluruh dunia untuk menanggulangi dampak perubahan iklim sangat dibutuhkan.

"Transformasi itu mungkin, tapi kemauan politik dibutuhkan untuk membuatnya dapat terjadi," kata Opromolla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement