Ahad 16 Dec 2018 16:26 WIB

London Gelar Festival Palestina 2018

Palestina tidak melulu berkaitan dengan konflik dan politik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Bendera Palestina
Foto: Reuters
Bendera Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- London telah menggelar festival Palestina terbesar tahun 2018 pada akhir pekan ini. Acara yang dihadiri lebih dari 3.000 undangan tersebut menampilkan seni, budaya, dan sejarah Palestina.

Festival tersebut diinisiasi oleh kelompok The Biggest Palestine Festival. Acara rutin digelar setiap tahun dengan menampilkan pertunjukan musik, konferensi, ceramah serta berbagai pameran seni.

Ada pula gerai-gerai yang menyajikan penganan dan camilan tradisional Palestina, seperti falafel, kunafe, humous, dan foul. Seniman Palestina seperti Zakaria Haj Khalil, Yahya Hawwa, Rami El-Hindi, dan Omar Al Saeidi mampu menarik perhatian ratusan orang dalam festival dengan mendemonstrasikan berbagai musik dan puisi Palestina.

"Ini adalah senjata terkuat yang kita miliki sebagai orang Palestina. Budaya dan sejarah kita akan hidup lebih lama dari partai politik, politisi, dan gerakan politik. Selama orang Palestina mengingat budaya dan sejarah mereka, Israel tidak akan bisa mengalahkan kita," kata ," ujar Omar, seorang peserta dari Luton.

Sebuah konferensi bertajuk "British Palestinians Conference" dihelat dalam festival tersebut. Konferensi membahas bagaimana generasi muda Palestina membuat suaranya didengar melalui seni, puisi, bahkan mode.

Laila, soerang aktivis berusia 22 tahun menilai, pemuda Palestina menemukan cara baru untuk melawan pendudukan Israel. "Dengan meningkatkan dan mempromosikan budaya serta seni Palestina, para pemuda mengatakan kepada pasukan Zionis 'kami memiliki senjata yang lebih kuat dari seluruh pasukan Anda dan satu yang tidak akan dapat Anda hancurkan dengan peluru dan bom Anda'," ujar Laila.

Sasha (23 tahun), seorang mahasiswa pascasarjana keturunan Palestina mengatakan festival itu sangat penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Palestina memiliki budaya yang beragam. Selama ini, hal itu jarang tersorot dalam pemberitaan.

"Palestina telah menjadi identik dengan politik dan konflik. Setiap kali Anda melihat Palestina disebutkan dalam berita, itu semata-mata tentang konflik dengan Israel dan pendudukan ilegal yang terjadi di tanahnya," kata Sasha, dikutip laman Anadolu Agency, Ahad (16/12).

Festival Palestina yang dihelat di London, menurut dia, memperlihatkan bahwa Palestina tidak melulu berkaitan dengan konflik dan politik. "Palestina memiliki budaya dan sejarah yang sangat kaya, salah satu yang dirayakan dan dicintai, bukan hanya oleh rakyatnya, tapi juga oleh banyak orang yang non-Palestina," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement