Kamis 17 Jan 2019 14:45 WIB

Rusia Siap Selamatkan Perjanjian Nuklir dengan AS

Rusia akan melobi AS agar mau melanjutkan perjanjian tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Misil nuklir Rusia
Misil nuklir Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan negaranya siap menyelamatkan Intermediate-range Nuclear Forces (INF) yang dijalin dengan Amerika Serikat (AS). Washington diketahui telah mengumumkan untuk hengkang dari perjanjian tersebut.

"Kami masih siap untuk bekerja menyelamatkan perjanjian INF. Saya harap negara-negara Eropa yang tertarik pada ini, mungkin lebih dari siapa pun, juga akan melakukan upaya untuk tidak jatuh di belakang posisi AS," kata Lavrov pada Rabu (16/1), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Terkait hal ini, Rusia juga akan terus melakukan pendekatan ke AS. "Kami masih akan mencoba memberi pengaruh pada Washington sehingga mengambil posisi yang lebih bertanggung jawab dalam hal semua anggota komunitas internasional, pertama-tama negara Eropa," ucapnya.

Baca juga, Putin: Eropa di Bawah Bayang-Bayang Rudal Rusia, Jika ...

Perwakilan Rusia dan AS telah melakukan pertemuan di Jenewa, Swiss, pada Selasa (15/1), untuk membahas nasib INF. Namun pertemuan itu tak membuahkan hasil. Menurut Rusia, AS bahkan tidak membahas lagi tentang bagaimana menyelamatkan INF.

Perwakilan AS dilaporkan datang dengan membawa program yang sudah disiapkan. Sebab mereka menyatakan keputusan untuk mundur dari INF telah ditentukan sebelumnya.

Proposal Rusia yang memungkinkan para ahli AS melihat rudal 9M729 juga ditolak. Keberadaan rudal itu menjadi alasan AS hengkang dari INF. Menurut Lavrov, AS tak memberi penjelasan logis mengapa proposalnya ditolak.

"Logika semua pendekatan AS yang disuarakan kemarin hanya itu, 'Anda melanggar perjanjian, kami tidak melanggar, oleh karena itu Anda, Rusia, wajib melakukan apa yang kami minta dari Anda dan kami tidak harus melakukan apa pun'," kata Lavrov.

Menurut Lavrov, konsultasi di Jenewa mengonfirmasi kebijakan AS yang merusak stabilitas strategis.

INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Namun tudingan itu selalu dibantah oleh Moskow. Kemudian pada Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya menarik AS dari INF. Rencana tersebut juga telah disampaikan secara resmi kepada Rusia pada Desember tahun lalu.

Rencana mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement