Selasa 14 Jan 2020 13:50 WIB

Pembicaraan Damai Libya Gagal Sepakati Gencatan Senjata

Gencatan senjata untuk akhiri perang sembilan bulan di Tripoli gagal disepakati

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Gencatan senjata untuk akhiri perang sembilan bulan di Tripoli gagal disepakati. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Gencatan senjata untuk akhiri perang sembilan bulan di Tripoli gagal disepakati. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Para pemimpin Libya yang berselisih membuat beberapa kemajuan dalam pembicaraan damai di Moskow pada Senin (13/1). Meski begitu, pertemuan itu gagal menyepakati gencatan senjata terbuka untuk mengakhiri perang sembilan bulan di ibu kota Tripoli.

Dalam pembicaraan yang berlangsung sekitar delapan jam, para mediator Rusia dan Turki mendesak pihak yang berselisih untuk menandatangani gencatan senjata yang mengikat. Cara ini akan membuka jalan bagi penyelesaian untuk menstabilkan negara Afrika Utara yang terperosok dalam kekacauan sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan kepala pemerintah Libya yang berbasis di Tripoli Fayez al-Serraj mengajukan untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Libya National Army (LNA) yang berbasis di timur. "Hari ini kita dapat melaporkan bahwa beberapa kemajuan telah dicapai," kata Lavrov.

Akan tetapi Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Komandan LNA Khalifa Haftar telah meminta untuk mengambil keputusan tentang gencatan senjata hingga Selasa pagi. Situs resmi kelompok itu menyatakan siap dan bertekad untuk mencapai kemenangan.

Situs web lain yang dekat dengan kelompok itu menyatakan Haftar tidak akan menandatangani proposal gencatan senjata. Saluran Pro-LNA mengatakan Haftar sudah meninggalkan Moskow. Pos-pos media sosial Pro-LNA telah menyerukan untuk mengadakan rapat umum untuk mendukung Haftar di kota utama Benghazi di timur pada Selasa.

Dorongan Rusia-Turki adalah upaya terbaru untuk mengakhiri kekacauan di negara penghasil minyak. Kantor berita Rusia TASS melaporkan, Serraj telah menolak untuk terlibat dalam pembicaraan langsung dengan Haftar, memaksa diplomat Rusia dan Turki untuk bertindak sebagai perantara.

Kedua pria itu terakhir bertemu di Abu Dhabi pada Februari 2019 sebelum pembicaraan gagal mengenai kesepakatan pembagian kekuasaan. Haftar memindahkan pasukannya di Tripoli pada April, memperluas pengawasan di luar timur dan selatan.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan negaranya bekerja untuk memastikan gencatan senjata di Libya menjadi permanen. Dia berharap pembicaraan di Moskow akan menjadi dasar diskusi pada pertemuan puncak di Berlin yang katanya akan dihadiri bersama Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement