Selasa 24 Jul 2018 16:37 WIB

Dubes AS untuk PBB: Kami tidak Percaya Rusia

AS tidak akan menjadi mitra Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengeluarkan pernyataan bernada sinis terhadap Rusia. Ia menyebut Rusia tak akan pernah menjadi teman atau mitra AS.

"Kami tidak percaya Rusia, kami tidak mempercayai (Presiden Rusia Vladimir) Putin, kami tidak akan pernah (mempercayainya). Mereka tidak akan pernah menjadi teman kita," kata Haley kepada Christian Broadcasting Network pada Senin (23/7).

Menurutnya, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Putin di Helsinki, Finlandia, tak dapat dilihat sebagai sebuah perkembangan dalam hubungan kedua negara. "Apa yang saya pikirkan adalah, apakah presiden (Trump) duduk dengan (pemimpin Korut) Kim (Jong-un) atau apakah presiden duduk dengan Putin, itu adalah hal-hal yang harus terjadi. Anda tidak bisa sampai ke ujung sisi lain bila Anda tidak memiliki percakapan itu," ujarnya.

Sejak Trump dilantik sebagai presiden, Haley telah menjadi pengkritik tajam Rusia. Ia kerap melayangkan tudingan dan kecaman terhadap Moskow, seperti dalam kasus aneksasi Krimea di Ukraina dan percobaan pembunuhan warga Inggris mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal.

Pertemuan Putin dan Trump di Helsinki pada 16 Juli lalu merupakan pertemuan bilateral perdana. Trump lebih banyak disorot, bahkan dikritik oleh sejumlah politisi AS, karena dianggap melunak di hadapan Putin. Hal itu karena Trump dianggap sangat sedikit menyinggung isu yang menyudutkan Rusia, seperti kasus dugaan intervensi Rusia dalam Pilpres AS 2016.

Ketika di Helsinki, Trump sempat mengatakan tidak ada alasan bagi Rusia untuk mengintervensi Pilpres AS. Setelah pernyataannya dikritik karena dianggap tak mendukung hasil penilaian intelijen AS, Trump segera merevisinya.

Trump mengklaim sebenarnya dirinya ingin menyatakan tidak ada alasan bagi Rusia untuk tidak mengintervensi pilpres AS. Hal tersebut tak ayal membuat Trump tampak tak berpendirian. Kendati demikian, ia meyakini intervensi dalam pilpres tidak mempengaruhi kemenangannya atas Hillary Clinton.

Sementara, Putin menyatakan cukup puas dengan hasil pertemuan tersebut. Ia menilai pertemuannya dengan Trump akan dapat membantu memperbaiki hubungan kedua negara.

Baca: Korsel akan Kurangi Pos Jaga di Perbatasan Korut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement