Selasa 14 Aug 2018 21:18 WIB

Rusia: Sanksi AS Buat Hubungan Bilateral Renggang

AS jatuhkan sanksi ekonomi yang menyasar perusahaan yang didanai Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengatakan sanksi ekonomi baru yang diterapkan AS terhadap negaranya bukan pertanda baik bagi hubungan bilateral kedua negara. Sanksi itu justru berpotensi semakin merenggangkan hubungan AS-Rusia.

"Kami mempertahankan sikap kami pada langkah-langkah ketat ini (sanksi). Ini bukan pertanda baik bagi hubungan bilateral," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (14/8).

Kongres AS baru saja menerbitkan rancangan undang-undang (RUU) bipartisan yang mengatur tentang pembatasan investasi dalam utang luar negeri Rusia. Rancangan UU itu pun melarang bank-bank yang dikelola Pemerintah Rusia untuk beroperasi di AS.

Sebelumnya, AS juga telah mengumumkan akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Sanksi yang akan mulai diberlakukan pada 22 Agustus itu membidik semua perusahaan negara atau perusahaan yang didanai Rusia.

Adapun alasan AS menjatuhkan sanksi ekonomi terbaru berkaitan dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan agen ganda Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu. Ia diserang dengan menggunakan agen saraf Novichok.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, sanksi terbaru kemungkinan akan diikuti langkah-langkah yang lebih luas. Hal itu seperti menangguhkan hubungan diplomatik dan mencabut hak mendarat Aeroflot, yakni maskapai penerbangan nasional Rusia.

Peskov menyebut sanksi ekonomi terbaru yang dijatuhkan terhadap negaranya ilegal dan tak dapat diterima. Menurutnya, sanksi itu akan membuat Presiden Rusia Vladimir Putin menghentikan pendekatan konstruktif terhadap AS.

Menurut Peskov, Putin telah lebih dari sekali menyatakan kesiapannya memperbaiki hubungan dengan AS. "Dan dia telah menunjukkan pendekatan konstruktif dan kesiapannya menemukan jalan keluar dari situasi dan pertanyaan-pertanyaan yang sulit," ucapnya.

Dengan adanya sanksi baru dari AS, ia yakin Putin tak akan mempertahankan pendekatan konstruktif terhadap AS. "Tidak ada yang meragukan bahwa Putin tidak akan mempertahankan pendekatan ini," ujar Peskov.

Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Hal itu karena AS menyakini Moskow telah menggunakan racun saraf untuk menyerang bekas mata-mata Rusia beserta putrinya di Inggris.

Pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Deplu telah memberi tahu Kremlin soal sanksi tersebut pada Rabu (7/8). Sergei Skripal, mantan kolonel pada dinas intelijen militer Rusia, GRU, dan putrinya, yang berusia 33 tahun, Yulia, ditemukan dalam keadaan tidak sadar di kota Inggris selatan, Salisbury, pada Maret. Mereka terkapar setelah cairan mengandung zat saraf jenis Novichok melekat di pintu depan rumah mereka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengatakan Deplu berkeyakinan bahwa Rusia menggunakan senjata kimia atau hayati, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. Rusia juga diyakini telah menggunakan senjata kimia atau biologis terhadap warga negaranya sendiri.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement