Ahad 19 Aug 2018 13:31 WIB

Solidaritas Turki, Warga Pakistan Ramai-Ramai Beli Lira

Turki sedang menghadapi tekanan ekonomi dari AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI, PAKISTAN - Politisi Pakistan, masyarakat sipil dan aktivis media sosial secara resmi berkampanye dengan tema 'Beli Lira' selama tiga hari hingga ditutup pada Sabtu (18/8) waktu setempat.

Pakistan melakukan kampanye tersebut dalam solidaritas kepada Turki yang tengah menghadapi tekanan keuangan disebabkan penahanan seorang pendeta Amerika.

Tidak sedikit warga Pakistan berbondong-bondong bergegas ke tempat penukaran uang lokal untuk membeli mata uang Turki, Lira di Ibukota Islamabad, Karachi, Lahore dan juga kotakota lainnya.

Di ibukota Islamabad, kampanye utama diselenggarakan oleh para politisi dan pegiat media sosial di Islamabad Press Club.

Baca juga, Turki Siap Ladeni Sanksi AS.

Putra Almarhum mantan pempmin Jamaat-Islami Qazi Hussein Ahmad, Asif Luqman Qazi mengatakan, warga Pakistan danTurki merupakan satu bangsa. Pakistan akan selalu ada untuk Turki. "Turki selalu mendukung Pakistan, sekarang Turki membutuhkan kami dan kami siap untuk Turki," ujar Asif Luqman dikutip dari laman Andalou Agency, Ahad (19/8).

Menurutnya, pembeliaan lira Turki dan produk Turki lainnya akan terus berlanjut bahkan sampai nilai tertinggi pun.

Baca juga, Trump Ancam Sanksi Berat Turki.

Anggota Parlemen dari Azad Kashmir, Abdul Rasheed Turabi mengatakan, tujuannya berkumpul guna mengekspresikan solidaritas Pemerintah Pakistan kepada Pemerintah Turki. Menurutnya setiap negara memiliki hak untuk mengatur urusan hukum negara itu sendiri.

"Kita semua berkumpul di sini untuk mendukung Turki. Tidak ada negara yang berhak ikut campur dalam urusan negara lain termasuk Turki yang memiliki hak untuk membela kedaulatannya," ujarnya.

Di Karachi, pedagang, pegiat media sosial dan aktivis masyarakat sipil, termasuk wartawan juga turut berkumpul di depan Press Club Karachi untuk mengekspresikan solidaritas dengan Turki.

“Orang Turki tidak boleh menganggap mereka sendirian dalam perang melawan hegemoni. Rakyat Pakistan bersama mereka," ujar Presiden Asosiasi Pedagang Kecil Karachi, Mahmood Hamid, yang membeli 200 lira dari pertukaran uang lokal di pasar Zainab.

Upaya solidaritas yang terus berlangsung telah mendorong ribuan orang di seluruh negeri untuk membeli lira Turki. Hal itu memaksa penukar uang untuk mengatur mata uang Turki lebih banyak untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat.

"Kami mengatur lira Turki secara darurat karena permintaan untuk mata uang telah meningkat dalam beberapa hari terakhir," kata Khalid Hussain, seorang pejabat di Piracha Money Exchange Karachi dikutip dari laman Anadolu Agency.

Sebelumnya, kata dia, lira bukan mata uang yang populer di Pakistan, oleh karenaya pihak money changer memiliki stok terbatas. Namun permintaan Lira tercatat mengalami peningkatan mendadak dalam beberapa hari terakhir.

Hussein mengatakan, pekan lalu, satu lira dijual seharga 21 rupee Pakistan di Pakistan. Saat ini, satu lira dijual seharga 25 rupee. "Kalau di pasar gelap, harganya lebih tinggi, naik menjadi 28 rupee," ujarnya.

Turki dan Amerika Serikat saat ini tengah mengalami hubungan yang kurang harmonis setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap dua menteri pemerintahan Ankara. Ini lantaran Turki tidak melepaskan pendeta Amerika, Andrew Brunson. Brunson.

Pada 10 Agustus, Presiden Donald Trump melanjutkan serangannya ke Turki dengan mengenakan tarif ganda atas impor aluminium dan baja Turki. Rabu lalu, sebagai pembalasan, Turki meningkatkan tarif pada beberapa produk asal AS, termasuk alkohol dan produk tembakau dan mobil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement