Kamis 29 Nov 2018 19:27 WIB

Presiden Ukraina: Putin Ingin Kekaisaran Rusia Kembali

Perselisihan antara Ukraina dan Rusia kembali memanas sejak akhir pekan lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka/ca
Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Ukraina Petro Poroshenko menuding Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha mencaplok seluruh negaranya. Ia menyebut Putin ingin kekaisaran Rusia yang lama kembali lagi. 

"Putin ingin kekaisaran Rusia yang lama kembali. Krimea, Donbass, seluruh negeri (Ukraina). Seperti Tsar Rusia, saat dia melihat dirinya sendiri, kekaisarannya tidak dapat berfungsi tanpa Ukraina," kata Poroshenko dalam wawancara dengan surat kabar Jerman, Bild, Kamis (29/11). 

Atas dasar itu, Poroshenko menuduh Putin ingin menguasai seluruh wilayah Ukraina. "Dia melihat kita sebagai koloninya," ujarnya. 

Dalam wawancara dengan surat kabar Funke, Poroshenko meminta Kanselir Jerman menghentikan pembangunan pipa gas bawah laut Nord Stream 2. Jalur pipa itu memungkinkan Rusia menyalurkan pasokan gasnya secara langsung kepada Berlin. 

"Kami membutuhkan reaksi yang kuat, tegas, dan jelas terhadap perilaku agresif Rusia. Itu juga berarti menghentikan proyek pipa gas Nord Stream 2," kata Poroshenko. 

Perselisihan antara Ukraina dan Rusia kembali memanas sejak akhir pekan lalu, yakni ketika Moskow menembaki dan menahan tiga kapal angkatan laut Kiev yang tengah melintas di Selat Kerch. Rusia menuding kapal-kapal tersebut melakukan provokasi dan secara ilegal memasuki wilayah perairannya. 

Namun tudingan itu dibantah Ukraina. Mereka mengatakan kapal-kapal tersebut memang harus melintasi Selat Kerch untuk menuju Laut Azov. Di sisi lain, Kiev mengklaim telah memberitahu Rusia tentang rute yang dilewati ketiga kapal itu. 

Setelah kejadian tersebut, Poroshenko menerbitkan dekrit tentang pemberlakuan darurat militer selama 30 hari. Parlemen Ukraina pun menyetujui dekret itu dan memutuskan untuk mulai menerapkannya pada Rabu lalu. 

Rusia sendiri dilaporkan akan menempatkan sistem rudalantipesawat S-400 di Semenanjung Krimea. Langkah itu diyakini akan memicu eskalasi ketegangan di wilayah tersebut.  

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement