Ahad 03 Feb 2019 08:50 WIB

Presiden Rusia Balas AS Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir

AS sebelumnya mengancam menarik diri dari perjanjian senjata nuklir INF.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vldimir Putin mengatakan, pihaknya menangguhkan Traktat Nuklir Jangka Menengah era Perang Dingin atau Intermediate-range Nuclear Forces (INF) dengan Amerika Serikat. Hal itu menyusul tindakan AS yang sebelumnya menyatakan akan menarik diri dari pakta kontrol senjata sebab menuduh Moskow melakukan pelanggaran.

Pada Jumat lalu, AS mengumumkan akan menarik diri dari perjanjian INF dalam enam bulan, jika Moskow mengakhiri perjanjian yang dinilai AS sebagai pelanggaran pakta 1987. AS mengatakan, akan mempertimbangkan kembali penarikannya jika Rusia mematuhi perjanjian.

Perjanjian tersebut berupa larangan kedua negara menempatkan rudal darat jarak pendek dan menengah di Eropa. Meski demikian, Rusia membantah melanggar perjanjian itu.

"Mitra AS menyatakan bahwa mereka menangguhkan partisipasi mereka dalam kesepakatan, kami juga menangguhkannya," ujar Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan menteri luar negeri dan pertahanan pada Sabtu (2/2) waktu setempat.

Putin mengatakan, Rusia akan mulai bekerja untuk menciptakan rudal baru, termasuk jenis rudal hipersonik. Putin juga mengatakan kepada para menterinya untuk tidak memulai perundingan perlucutan senjata dengan Washington karena menilai AS lamban menanggapi langkah-langkah seperti itu.

"Kami telah berulang kali, selama beberapa tahun, dan terus-menerus mengajukan pertanyaan tentang perundingan substantif tentang masalah pelucutan senjata," kata Putin.

"Kami melihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir para mitra belum mendukung inisiatif kami," Putin menambahkan.

Perselisihan tentang perjanjian itu telah menarik reaksi keras dari Eropa dan Cina. Sementara negara-negara Eropa khawatir runtuhnya perjanjian dapat menyebabkan persaingan senjata baru pada generasi baru rudal nuklir AS yang ditempatkan di benua itu. Cina pun mendesak AS pada Sabtu (2/2) untuk menyelesaikan perbedaannya dengan Rusia melalui dialog.

Selama pertemuan dengan Putin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh AS melanggar INF dan perjanjian senjata lainnya, termasuk perjanjian non-proliferasi. Putin mengatakan, Rusia tidak akan mengerahkan senjatanya di Eropa dan kawasan lain kecuali AS melakukannya. Hubungan Moskow dengan Barat mengalami ketegangan oleh pelbagai masalah termasuk aneksasi Krimea oleh Rusia dari Ukraina, tuduhan campur tangan dalam pemilihan presiden AS, dan berada di belakang serangan agen saraf di Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement