Rabu 13 Mar 2019 05:19 WIB

Sempat Protes, Penumpang Ethiopian Airlines Lolos dari Maut

Dua calon penumpang selamat dari kecelakaan Ethiopian Airlines karena terlambat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pesawat Ethiopian Airlines.
Foto: AP
Pesawat Ethiopian Airlines.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Antonis Mavropoulos dan Ahmed Khalid mengatakan mereka harus berada di pesawat Boeing 737 Max 8 maskapai Ethiopian Airlines yang jatuh Ahad (11/3) lalu. Dilansir di the Washington Post, Selasa (13/3) Mavropoulos merupakan seorang presiden organisasi non-profit dari Yunani.

Ia dalam perjalanannya menuju Kenya untuk mengikuti pertemuan PBB di Nairobi. Sementara, Khalid sedang jalan-jalan dari Dubai ke Nairobi di mana ayahnya sudah menunggu.

Baca Juga

Keduanya terhubung di Addis Abba, dan mereka terlambat masuk ke gate penerbangan ET 302. Beberapa menit kemudian pesawat yang harusnya mereka tumpangi jatuh tak lama setelah lepas landas.

Mavropoulos menceritakan hal ini dalam unggahannya di Facebook yang berjudul 'My Lucky Day'. Ia mengatakan mengetahui kecelakaan ET 302 saat ia menunggu penerbangan selanjutnya.

Mavropoulos di wawancara oleh stasiun televisi Kenya Skai TV di Nairobi. Mavropoulos mengatakan pelan-pelan ia mulai menyadari baru saja terhindar dari bahaya.

"Perlahan-lahan saya mulai menyadari apa yang terjadi dan betapa dekatnya hal itu, di sisi lain, saya juga sangat sedih, saya hancur untuk mereka yang kehilangan nyawa," kata Mavropoulos.

Ethiopia mendeklarasikan hari berkabung nasional di saat pekerja Palang Merah mengumpulkan puing-puing pesawat yang masih berserakan. Pihak berwenang sedang menyelidiki apa yang terjadi. Pejabat setempat mengatakan pilot pesawat ET 302 langsung melakukan penggilan darurat saat pesawat lepas landas dan berniat untuk kembali ke bandara tapi ia gagal.

Para penumpang dan awak pesawat berasal dari 35 negara. Banyak penumpang dalam pesawat tersebut merupakan staf dan pegawai PBB yang dalam perjalanan menuju konferensi lingkungan PBB di Nairobi, pertemuan yang seharusnya dihadiri Mavropoulos.

Sementara itu, ayah Khalid menunggu putranya di bandara Nairobi. Ia bertanya kepada salah petugas tentang penerbangan yang ia tunggu. 

"Saya menjawab dengan cepat karena saya ingin dia langsung beritahu kedatangannya, jadi saya beritahu Ethiopia, dan lalu ia mengatakan 'Maaf yang satu itu kecelakaan'," kata Khalid Bzambur kepada the National.

Bzambur sangat terkejut mendengar berita itu. Tapi tak lama kemudian putranya Khalid menelponnya dan mengatakan ia dalam keadaan baik-baik saja. Khalid terlambat karena penerbangannya dari Dubai terlambat.

"Ketika saya sampai Addis Ababa mereka mengatakan kepada saya untuk mengambil penerbangan berikutnya, yang mana jam 11 dan saya katakan iya," kata Khalid.

Sebelum jam 11 Kantor Perdana Menteri Ethiopia merilis pernyataan pertama tentang kecelakaan pesawat itu. Sekitar 30 menit kemudian Ethiopian Airlines merilis pernyataan mereka sendiri. Di dalam pesawat Khalid dan penumpang lainnya baru mendapat berita tentang kecelakaan tersebut.

"Semua orang bertanya kepada kru kabin apa yang terjadi tapi tidak ada yang mengatakan apa pun, mereka hanya maju dan mundur sampai salah satu penumpang melihat di telpon genggamannya tentang pesawat sebelumnya, sepertinya enam menit setelah terbang langsung kecelakaan," kata Khalid.

Ketika Mavropoulos ketinggalan pesawat ET 302, ia marah. Ia merasa tidak ada yang membantunya untuk sampai gate tepat waktu. Mavropoulos pun menulis kemarahannya di Facebook. Lalu di penerbangan kedua ia juga tidak diizinkan masuk ke pesawat.

Mavropoulos dibawa ke kantor polisi untuk ditanya-tanyai. Dalam unggahannya tersebut Mavropoulos menulis di kantor polisi itu ia baru tahu pesawat yang harusnya ia tumpangi kecelakaan dan dia satu-satunya orang yang ketinggalan pesawat itu.

"Pada saat itu petugas meminta saya untuk tidak protes tapi berdoa pada tuhan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement