Sabtu 30 Mar 2019 16:50 WIB

PM May akan Ajukan Upaya Kesepakatan Brexit Ke-4

Menurut May Inggris membutuhkan alternatif lain untuk mencapai kesepakatan Brexit.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Gita Amanda
Perdana Menteri Inggris Theresa May saat akan menyampaikan pernyataan Inggris masih buntu terkait Brexit di 10 Downing Street, London, Rabu (20/3).
Foto: Jonathan Brady/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Inggris Theresa May saat akan menyampaikan pernyataan Inggris masih buntu terkait Brexit di 10 Downing Street, London, Rabu (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May dan kabinetnya akan melakukan upaya ke empat untuk mengajukan kesepakatan British Exit (Brexit) kepada House of Commons. Menurut May, Inggris membutuhkan alternatif lain untuk mencapai kesepakatan Brexit.

Dilaporkan BBC, Sabtu (30/3), anggota parlemen dari semua pihak akan mendukung opsi lain selama putaran kedua dari "suara indikatif" pada Senin (1/4) mendatang. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn meminta May untuk mengubah perjanjian atau segera mengundurkan diri. Sementara Irlandia Utara juga terus menentang kesepakatan Brexit tersebut.

Baca Juga

Pemerintah sejauh ini gagal memenangkan lebih dari 34 penentang Partai Konservatif, termasuk Remainers dan Tory Brexiteers yang mengatakan kesepakatan itu masih membuat Inggri terlalu dekat dengan Eropa. Namun sumber terdekat mengindikasikan bahwa perdana menteri akan terus mencari dukungan di House of Commons.

Inggris menghadapi krisis baru setelah anggota parlemen menolak kesepakatan Brexit untuk ketiga kalinya. Hal ini membuat kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan tertunda dalam waktu yang lama atau tanpa kesepakatan.

House of Commons memberikan suara 344-386 terhadap kesepakatan May dan Uni Eropa. Margin kekalahan sebanyak 58 suara lebih kecil daripada sebelumnya yakni Januari dan Maret.

Di tengah peringatan bisnis bahwa Brexit tanpa kesepakatan bisa melumpuhkan tarif, dan kendala arus barang, May tampak frustasi dan mengatakan bahwa pemilihan tersebut memiliki implikasi serius. Adapun Uni Eropa telah memberikan perpanjangan waktu hingga 12 April.

"Ini bukan waktu yang cukup untuk menyetujui, membuat undang-undang dan meratifikasi kesepakatan, namun House of Common sudah jelas tidak akan mengizinkan ini tanpa kesepakatan. Jadi kita harus menyetujui alternatif ke depan," ujar May.

Ada spekulasi bahwa pemimpin Uni Eropa akan menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi darurat pada 10 April untuk menentukan langkah selanjutnya. Hal tersebut memberikan Inggris dua kemungkinan, yakni keluar tanpa kesepakatan atau kesepakatan untuk memperpanjang tenggat waktu. Seorang pejabat Komisi Uni Eropa mengatakan, 27 negara Uni Eropa sepenuhnya siap untuk skenario no-deal pada tengah malam 12 April.

Hampir tiga tahun setelah Inggris memberikan suara pada Juni 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa, dan dua tahun setelah Inggris menetapkan kepergiannya pada 29 Maret 2019, politikus Inggris tetap menemui jalan buntu atas Brexit. Seperti negara lainnya, kesepakatan Brexit membuat warga Inggris terpecah yaitu mereka yang ingin memisahkan diri dengan Uni Eropa, mereka yang ingin mempertahankan hubungan dekat dengan blok-blok Inggris, dan mereka yang ingin membatalkan keputusan untuk berpisah dari Uni Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement