Selasa 23 Apr 2019 14:26 WIB

AS Dilanda Wabah Campak Terparah dalam 10 Tahun Terakhir

Wabah campak di AS menyebar cepat karena adanya warga menolak vaksin.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.
Foto: EPA
Petugas medis memperlihatkan botol berisi vaksin campak.

REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA — Wabah campak terparah melanda Amerika Serikat (AS) pada empat bulan pertama tahun ini. Setidaknya, sejak awal 2019, telah ditemukan 626 kasus dan diperkirakan dapat terus meningkat, menjadi yang terburuk dalam satu dekade terakhir. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) bahkan mengkonfirmasi bahwa wabah campak tahun ini menjadi yang terbesar terjadi di negara itu sejak resmi diberantas pada 2000. Nampaknya sejumlah tindakan pencegahan gagal dilakukan, seperti denda 1.000 dolar AS, penutupan ruang publik dan sekolah bagi mereka yang tidak divaksin. 

Baca Juga

“Dalam beberapa pekan mendatang, jumlah kasus yang dikonfirmasi pada tahun ini kemungkinan akan melampaui yang sebelumnya terjadi lima tahun lalu pada 2014,” ujar CDC dilansir RT, Selasa (23/4). 

Pada 2014, jumlah kasus campak secara keseluruhan adalah 667. Jumlah itu telah menjadi rekor terbesar di AS sejak 2000. Karena itu, 2019 diprediksi menjadi lebih besar karena selain 626 kasus yang telah dikonfirmasi, wabah penyakit itu nampaknya belum menunjukkan akan berhenti. 

Sebanyak 71 kasus terbaru wabah campak dilaporkan pada pekan lalu. New York menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak wabah penyakit tersebut. Menurut laporan dari pejabat kesehatan kota tersebut, terdapat 359 kasus campak sejak Oktober 2018. 

Menurut laporan, penyebaran wabah campak terjadi begitu cepat karena adanya warga yang menolak untuk melakukan vaksin. Seperti komunitas Yahudi Ortodoks yang disebut tidak ingin anak-anak mereka diimunisasi karena kepercayaan agama. 

Dua wilayah di New York juga telah mengumumkan keadaan darurat terkait wabah campak. Seperti di Rockland County, pihak berwenang melarang semua orang di bawah umur 18 tahun yang tidak divaksinasi dari tempat-tempat umum, termasuk gereja, mal, dan sekolah sejak 26 Maret. 

Larangan tersebut berlaku selama 30 hari. Bagi mereka yang melanggar dapat dikenakan denda sebanyak 500 dolar AS atau hukuman penjara hingga enam bulan. 

Keadaan darurat kesehatan juga berlaku di lingkungan Williamsburg di Brooklyn. Orang tua dari anak-anak berusia di atas enam bulan dan tinggal di sejumlah daerah diperintahkan untuk mendapatkan vaksinasi dalam waktu 48 jam. Jika tidak, mereka yang menolak melakukannya akan diancam dengan hukuman denda sebanyak 1.000 dolar AS.

Beberapa sekolah yang menolak memberikan catatan medis para siswa telah ditutup sementara akibat wabah campak yang terus meluas. Demikian juga dengan pusat penitipan anak-anak dari komunitas Yahudi Ortodoks di Williamsburg.

Selain itu, mereka yang menentang vaksinasi wajib menunjukkan bukti apa alasan medis yang mendasari hal itu. Disebutkan bahwa sejumlah orang meyakini alasan kesehatan bahwa vaksin campak menimbulkan efek samping, seperti autisme. 

Namun, CDC menegaskan tak ada bukti ilmiah bahwa vaksin MMR untuk campak dapat mengakibatkan autisme. Insititusi tersebut menekankan bahwa vaksin itu sangatlah aman dan menganjurkan semua orang untuk melakukannya, terutama bayi dan anak-anak yang paling rentan terkena penyakit tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement