Senin 13 May 2019 15:25 WIB

Uni Eropa Tetap Dukung Perjanjian Nuklir Iran

Uni Eropa menyerukan seluruh pihak menghindari eskalasi konflik terkait nuklir Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa sepenuhnya mendukung perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, Uni Eropa menyerukan kepada seluruh pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut atas masalah tersebut.

"Kami akan terus mendukung sebanyak yang kami bisa dengan semua instrumen kami, dan semua kekuatan politik kami," kata Mogherini kepada wartawan, Senin (13/5).

Baca Juga

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dijadwalkan mengunjungi Brussels untuk mendiskusikan berbagai urusan mendesak dengan para pejabat Eropa, salah satunya mengenai Iran. Pompeo bertolak ke Brussels dari Joint Base Andrews dekat Washington. Departemen Luar Negeri AS menyatakan, setelah berkunjung ke Brussels, Pompeo akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov di sebuah resor di Sochi. 

Pada 8 Mei, Iran mengumumkan bahwa pihaknya menghentikan beberapa komitmen yang disepakati di bawah perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pengumuman dikeluarkan Iran satu tahun usai AS menarik diri dari perjanjian tersebut.

Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengeluarkan ultimatum kepada sejumlah negara Eropa. Dia mengancam Iran akan bertindak lebih jauh jika negara-negara Eropa tidak meringankan sanksi terhadap Teheran sebagai penyeimbang meningkatnya serangan ekonomi dari AS.

AS terus meningkatkan tekanan terhadap Iran, dan Pompeo menuduh Teheran saat ini sedang berencana melancarkan serangan dalam waktu dekat. Kantor berita ISNA melaporkan, pada Ahad lalu seorang komandan senior Pengawal Revolusi Iran mengatakan, kehadiran militer AS sebelumnya merupakan ancaman. Namun kini mereka adalah target. Pasukan yang dikirim oleh militer AS ke Timur Tengah termasuk sebuah kapal induk dan pembom B-52, dimaksudkan untuk melawan ancaman dari Iran kepada pasukan AS di wilayah tersebut.

Presiden AS Donald Trump juga telah meningkatkan tekanan ekonomi pada Iran. Trump berupaya untuk menghentikan semua ekspor minyaknya, mencoba membuat Teheran mengekang program nuklir dan misilnya, serta mengakhiri dukungan untuk proksi di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman.

"Dalam hal ini, Iran memutuskan untuk mengejar kepentingan Amerika, apakah itu di Irak atau Afghanistan atau Yaman atau tempat mana pun di Timur Tengah. Kami siap untuk menanggapi dengan cara yang tepat. Tujuan kami bukan perang," ujar Pompeo dalam wawancara dengan CNBC.

Pekan lalu, negara-negara Eropa mengatakan, mereka ingin mendukung perjanjian nuklir Iran dan menolak ultimatum dari Teheran. Hal ini dinyatakan setelah Iran mengurangi pembatasan pada program nuklirnya, dan mengancam langkah-langkah yang mungkin melanggar pakta internasional 2015. Sementara, pernyataan Iran terkait dengan pembatasan pada persediaan bahan nuklirnya merupakan tanggapan terhadap sanksi AS yang menarik diri dari perjanjian setahun yang lalu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement