Rabu 24 Apr 2019 10:09 WIB

Jelang Brexit, Perusahaan Inggris Rekrut Pekerja Sementara

Banyak perusahaan Inggris tidak yakin dengan lapangan pekerjaan pasca-Brexit.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jajak pendapat yang dilakukan Konfederasi Rekrutmen dan Kepegawaian Inggris (REC) menunjukan perusahaan Inggris khawatir Brexit akan menghantam perekonomian negara. Mereka juga berencana merekrut lebih banyak pekerja.

Secara mengejutkan jajak pendapat itu memperlihatkan kuatnya pasar tenaga kerja di Inggris. Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan lebih banyak perusahaan Inggris yang tidak yakin akan banyak investasi dan lapangan pekerjaan setelah Brexit dibandingkan dengan perusahaan yang optimistis.

Baca Juga

Tapi dalam jangka pendek, perusahaan-perusahaan Inggris berencana meningkatkan jumlah karyawan mereka, terutama pekerja sementara. Hal ini mencerminkan ketidakyakinan mereka melakukan investasi jangka panjang.

"Angka-angka positif dalam merekrut pekerja sementara (kontrak) menunjukkan banyak perusahaan yang berpaling ke agensi untuk membantu mereka menavigasi ketidakpastian yang mereka hadapi saat ini," kata Chief Executive Officer REC Neil Carberry, Rabu (24/4).

Perekonomian Inggris melambat sejak menjelang 29 Maret lalu di mana seharusnya Inggris sudah keluar dari Uni Eropa. Perlambatan ini juga disebabkan karena perekonomian dunia sedang melemah.

"Ini mungkin didorong karena perusahaan menunggu apakah perekrutan permanen dapat disahkan atau memilih menggunakan tenaga kerja tambahan untuk memenuhi permintaan daripada melakukan investasi modal besar," ujar Carberry.

Walaupun perekonomian melambat tapi lapangan kerja di Inggris meningkat. Mendorong angka pengangguran turun ke level terendah sejak 1975. Survei REC ini melibatkan 600 responden dan dilakukan dari 2 Januari sampai 22 Maret.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement