Jumat 24 May 2019 06:57 WIB

Utusan Jerman Kunjungi Iran Sebagai Penengah

Utusan Jerman berupaya menjaga Kesepakatan Nuklir Iran 2015.

Rial Iran. Teheran menggunakan rial sebagai transaksi langsung antarnegara untuk menyiasati sanksi AS
Foto: AP
Rial Iran. Teheran menggunakan rial sebagai transaksi langsung antarnegara untuk menyiasati sanksi AS

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Seorang diplomat senior Jerman berada di Teheran, Iran pada Kamis (23/5) untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat Iran dalam upaya menjaga Kesepakatan Nuklir Iran 2015 dan mendinginkan ketegangan di kawasan tersebut.

Menurut seorang sumber diplomatik Jerman kepada Reuters, direktur politik pada Kementerian Luar Negeri Jerman Jens Ploetner direncanakan menggelar pertemuan dengan Deputi Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi serta sejumlah pejabat lain dalam kunjungan resminya.

Baca Juga

Inggris, Prancis dan Jerman, yang menandatangani kesepakatan 2015 bersama Amerika Serikat, Cina dan Rusia, akan memastikan untuk memperlihatkan mereka dapat memberikan kompensasi atas penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut tahun lalu. Selain itu, juga melindungi perdagangan dan menghalangi Teheran keluar dari persetujuan yang dirancang untuk mencegah pengembangan bom nuklir.

Namun, keputusan Iran bulan ini menarik sejumlah komitmennya sebagai tanggapan atas langkah AS yang mengancam melemahkan ekonomi untuk melepas kesepakatan, yang di dalamnya Iran sepakat mengendalikan program pengayaan uranium sebagai imbalan penghapusan sejumlah sanksi internasional. "Kunjungan direktur politik adalah untuk menjada Kesepakatan Nuklir Wina (JCPOA)," kata sumber diplomatik di Jerman kepada Reuters.

Setelah Iran mengumumkan menangguhkan sebagian komitmennya pada JCPOA, ada celah peluang bagi diplomasi untuk membujuk Iran agar terus memenuhi JCPOA. Ploeter mengenal Araghchi dalam perundingan yang menghasilkan JCPOA (Joint Comprehensive Plan Action/Kerja Sama yang luas untuk rencana aksi)

Ketegangan meningkat antara Iran dan AS sejak Washington mengirim pasukan militer ke Timur Tengah, termasuk Kapal Induk, pengebom B-52 dan misil Patriot, sebagai pamer kekuatan melawan langkah yang disebut AS sebagai ancaman Iran terhadap pasukannya dan kepentingan AS di kawasan.

Pada Rabu, pejabat AS mengatakan Departemen Pertahanan mempertimbangkan permitaan militer AS untuk menugaskan pengiriman sekitar 5.000 personel tambahan ke Timur Tengah. Dalam tekanan seperti itu, Keyvan Khosravi, seorang juru bicara Dewan Keamanan Tinggi Nasional pada Kamis menegaskan kembali bahwa tidak akan ada perundingan dengan Washington.

Dia mengatakan pejabat dari sejumlah negara telah mengunjungi Iran baru-baru ini kebanyakan mewakili AS, tetapi pesan Teheran kepada mereka sudah jelas. "Tanpa terkecuali, pesan tentang kekuatan dan perlawanan bangsa Iran telah disampaikan kepada mereka," katanya.

Pada Kamis, kantor berita setengah resmi pemerintah Iran, Fars, mengutip seorang Komandan Pengawal Revolusi yang kuat yang mengatakan kebuntuan AS-Iran adalah bentrok kepentingan dan semua musuh adventurisme akan menghadapi penghancuran.

Sumber diplomatik Jerman menambahkan situasi di Teluk Persia dan kawasan dan situasi di seputar Kesepakatan Nuklir Wina sangat genting. "Terdapat risiko nyata peningkatan dalam keadaan ini, pembicaraan sangat penting," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement