Senin 27 May 2019 20:38 WIB

Pemilu Menandai Perubahan Lanskap Politik Eropa

Hasil pemilihan Parlemen Eropa mengakhiri dominasi partai kanan-tengah dan tengah-kir

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Dua perempuan berjalan dekat bendera Uni Eropa di luar markas Komisi Eropa di Brussels, Senin (27/5). Hasil pemilihan Parlemen Eropa mengakhiri dominasi partai kanan-tengah dan tengah-kiri.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Dua perempuan berjalan dekat bendera Uni Eropa di luar markas Komisi Eropa di Brussels, Senin (27/5). Hasil pemilihan Parlemen Eropa mengakhiri dominasi partai kanan-tengah dan tengah-kiri.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Blok kanan-tengah dan tengah-kiri yang moderat di Parlemen Uni Eropa kehilangan kekuasaan mereka dalam pemilihan umum tahun ini. Dukungan ke partai-partai liberal, Hijau, dan nasionalis terus meningkat.

Partai Pro-Uni Eropa diperkirakan masih tetap menjadi mayoritas. Tapi blok-blok lama tampaknya harus membentuk aliansi baru. Sementara liberal dan Hijau mendapatkan hasil yang memuaskan. Nasionalis memenangkan pemilihan di Italia, Prancis dan Inggris.

Baca Juga

Dilansir di BBC, Senin (27/5) angka kehadiran pemilih dalam pemilu Parlemen Uni Eropa tahun ini menjadi yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Setelah selama dua dekade sebelumnya terus menurun.

Walaupun kelompok populis dan sayap-kanan meraih banyak suara di beberapa negara tapi mereka gagal memenuhi ekspektasi. Partai kanan-tengah European People's Party (EPP) tetap menjadi blok terbesar.

Para analis berpendapat tampaknya koalisi besar akan terbentuk dari partai Sosialis dan Demokrat (S&D) yang didukung partai Liberal (ALDE) dan Hijau (EFA). Di Inggris partai baru Brexit Party meraih kemenangan besar.

Liberal Demokrat juga mendapatkan banyak suara sementara Partai Konservatif dan Buruh mengalami kekalahan telak. Dilansir di CNN angka kehadiran pemilihan naik menjadi 61 persen dibandingkan dalam pemilu 2014 yang hanya 48,1 persen.

Parlemen Uni Eropa akan membantu proses perumusan legislasi Eropa. Hasil pemilihan ini akan memainkan peranan besar dalam menentukan siapa yang akan menduduki jabatan penting di Komisi Uni Eropa.

Berdasarkan perkiraan saat ini EPP  dan S&D yang sebelumnya mendominasi tidak dapat membentuk 'koalisi besar' tanpa dukungan dari partai lain. EPP diproyeksikan akan memenangkan 179 kursi turun dibandingkan 2014 lalu dimana mereka meraih 216 kursi. Sementara S&D mendapatkan 150 kursi turun dari sebelumnya sebanyak 191 kursi. 

Namun partai-partai pro-Uni Eropa diperkirakan tetap mempertahankan mayoritas sebagian besar karena suara ALDE meningkat. Terutama keputusan yang diambil partai Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk bergabung. Aliansi Renaissance Macron dikalahkan blok National Rally yang dipimpin Marine Le Pen. 

"Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun dua partai lama, sosialis dan konservatif tidak lagi menjadi mayoritas, jelas ini sore yang bersejarah, karena akan ada keseimbangan kekuaaan baru di Parlemen Uni Eropa," kata pemimpin ALDE Guy Vershofstadt, seperti dikutip BBC, Senin (27/5).

Partai Hijau juga meraih sukses besar dalam pemilihan kali ini. Mereka berhasil mendapatkan 67 kursi naik sebelumnya hanya 50 kursi. 

Meski gagal meraih ekspektasi tapi partai populis Italia dan sayap-kanan Le Pen menjadi salah satu blok terbesar di parlemen 28 negara Eropa. Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini cukup puas dengan hasil yang didapatkan partai populisnya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement