Senin 03 Jun 2019 15:22 WIB

Trump Minta Pengeboman di Idlib Dihentikan

Pemboman itu tewaskan puluhan warga dan mendorong 300 ribu orang ke perbatasan Turki.

Asap membumbung setelah serangan udara pasukan Suriah dan Rusia mengenai kota al-Habeet, selatan Idlib, Suriah, Ahad (19/5).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP, File
Asap membumbung setelah serangan udara pasukan Suriah dan Rusia mengenai kota al-Habeet, selatan Idlib, Suriah, Ahad (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengungkapkan melalui twitter bahwa Rusia, dan Suriah harus berhenti melakukan pengeboman di Provinsi Idlib, Suriah. Ini karena banyak warga sipil yang menjadi korban.

"Mendengar kabar bahwa Rusia, Suriah dan, pada tingkat lebih rendah, Iran, membom dari Provinsi Idlib di Suriah, dan tanpa pandang bulu membunuh banyak warga sipil tak berdosa. Dunia menyaksikan penjagalan ini. Apa tujuannya, apa yang akan didapatnya, kamu berhenti!" kata Trump di Twitter sesaat sebelum dia pergi untuk kunjungan kenegaraan ke Inggris, dilansir dari Channel News Asia, Senin (3/6).

Komentarnya muncul setelah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Suriah pada Jumat mengecam tidak adanya tindakan internasional dalam menghadapi kekerasan yang meningkat di wilayah barat laut. Hal ini disampaikan melalui konferensi pers di Istanbul.

Selain menewaskan puluhan warga sipil, pemboman baru-baru ini oleh pasukan Suriah dan Rusia di Suriah barat laut telah mendorong 300 ribu orang ke perbatasan Turki. Pengamat Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan pada Jumat bahwa hampir 950 orang telah tewas dalam bentrokan terbaru di Idlib.

Kesepakatan September seharusnya untuk dapat mencegah ofensif rezim penuh di provinsi, dan daerah-daerah yang dimiliki oleh mantan afiliasi Al-Qaeda Hayat Tahrir al-Sham. Namun gerilyawan telah menolak untuk meninggalkan daerah itu.

Sementara kesepakatan itu berada di ambang kehancuran ketika pasukan Suriah dan Rusia bersekutu dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad untuk meningkatkan serangan udara, serta tembakan roket. Pejuang Iran dan pasukan paramiliter Hizbullah juga ditempatkan di Suriah untuk mendukung rezim Assad.

Kerusuhan yang memburuk di Idlib datang dengan ketegangan melonjak antara Iran dan Amerika. Kebuntuan telah terjadi sejak AS tahun lalu menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement