Senin 02 Jul 2018 15:47 WIB

Trump akan Tekan Putin Soal Intervensi Rusia di Pilpres AS

Hal tersebut akan dilakukan dalam pertemuan di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS tahun 2016. Hal tersebut akan dilakukan ketika keduanya bertemu di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli mendatang.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton mengatakan, kabar tentang adanya campur tangan Rusia dalam pilpres AS dua tahun lalu memang mengkhawatirkan. Apalagi saat ini otoritas AS masih terus menyelidiki dugaan tersebut.

"Saya pikir itu adalah sesuatu yang kami khawatirkan. Itu sebabnya Presiden (Trump) akan berbicara dengannya (Putin) lagi," kata Bolton ketika diwawancara dalam program televisi CBS, 'Face the Nation', pada Ahad (1/7).

Pekan lalu, Bolton telah berkunjung ke Rusia. Kunjungannya ke sana adalah untuk mempersiapkan pertemuan antara Trump dan Putin. Namun dalam kunjungannya, ia pun mendapat kesempatan untuk bertemu Putin dan membicarakan beberapa isu, termasuk tentang dugaan campur tangan Rusia dalam pilpres AS.

"Presiden Putin mengatakan tidak ada campur tangan negara Rusia pada (pilpres) tahun 2016," ujar Bolton.

Oleh karena itu, guna meluruskan dugaan dan tudingan terhadap Rusia, ia menyarankan Trump untuk membicarakan masalah ini ketika bertemu Putin. "Saya pikir presiden (Trump) harus mengejar hal itu lebih lanjut dan saya pikir ini salah satu alasan mengapa dia dan Presiden Putin perlu memiliki percakapan ini," katanya.

Agen-agen intelijen AS telah menuding peretas Rusia telah mencoba membantu Trump memenangkan kursi kepresidenan dalam pilpres tahun 2016. Dugaan ini telah dibantah, tidak hanya oleh Rusia, tapi juga oleh tim kampanye dan pemenangan Trump. Kendati demikian, Penasihat Khusus Robert Mueller masih terus menyelidiki dugaan kasus ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement