Kamis 12 Jul 2018 05:45 WIB

Selamat dari Gua, Ancaman Publisitas Mulai Menghantui

Penambang Chili ingatkan tim sepak bola junior Thailand yang selamat dari gua.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Penyelam dari angkatan laut Thailand yang menjadi tim penyelamat anak-anak yang terjebak di gua.
Foto: Royal Thai Navy via AP
Penyelam dari angkatan laut Thailand yang menjadi tim penyelamat anak-anak yang terjebak di gua.

REPUBLIKA.CO.ID, CHILI -- Dunia sempat digemparkan oleh aksi heroik penyelamatan terhadap sebanyak 12 anak laki-laki dan seorang pelatih sepak bola junior yang terjebak di dalam gua Tham Luang yang terendam banjir di Provinsi Chiang Rai, Thailand. Sekelompok penambang dari Chili yang pernah mengalami hal yang sama juga ikut cemas menyaksikan penyelamatan anak-anak Thailand tersebut.

Dilansir Reuters, para penambang yang berjumlah 33 orang itu merupakan mantan penambang emas yang pernah menjadi fokus perhatian media internasional, delapan tahun yang lalu. Mereka pada akhirnya bebas setelah selama 69 hari terperangkap di bawah tanah, di tambang San Jose yang berada di Chili bagian utara.

Menurut anggota kelompok itu, sejak penyelamatan mereka oleh otoritas di Chili, di tengah-tengah kobaran publisitas, banyak anggota penambang mengalami gangguan relasi, masalah psikologis, kemiskinan, dan pengangguran. 

Mantan mandor kelompok penambang Chili, Luis Urzua, mengingatkan agar anggota tim sepak bola remaja Thailand untuk tetap dekat dengan keluarga. Mereka juga diwanti-wanti supaya tak tergiur dengan uang.

Keduabelas anggota skuat Thailand itu kini tengah dirawat di rumah sakit. Mereka dikarantina untuk menjalani sejumlah tes.

Urzua menggambarkan pengalamannya sendiri. Dia menceritakan, ketika dia berada di bawah sorotan media, ada pengacara yang menawarkan hak kontrak dan sejumlah politisi ingin berbagi pusat perhatian.

"Mereka dan keluarga mereka tidak akan memiliki kapasitas untuk mengatasi hal semacam ini. Kami tidak bisa mengatasi meski kami sudah dewasa," kata Urzua (62) yang dianggap berjasa menjaga rekan-rekannya bersatu di bawah tanah.

Urzua memuji kehati-hatian pemerintah Thailand dalam menghadapi situasi itu. Mereka tidak mengidentifikasi para korban yang rata-rata berusia antara 11 dan 16 tahun itu dan mengatakan mereka menyimpannya di ruang karantina rumah sakit karena risiko infeksi.

"Itu penting agar anak-anak ini dapat berintegrasi kembali sedikit demi sedikit ke dalam lingkungan lama mereka, karena mereka akan sangat trauma dan rentan," kata Urzua pada Selasa (10/7) lalu.

Dia mengatakan dia telah berdoa setiap hari untuk anak-anak dengan keluarganya. Dia juga mendesak para korban untuk menceritakan kisah mereka hanya sekali ketika memang mereka menyatakan siap.

"Saya berharap suatu hari nanti, dalam beberapa tahun, mereka akan dapat menceritakan kisah mereka karena, seperti kita. Ini adalah kisah keyakinan dan harapan," katanya.

Urzua, yang sekarang bekerja untuk penambangan nasional dan layanan geologis di Chili sebagai pembicara motivasi, mengatakan banyak dari 33 penambang masih menderita masalah kesehatan mental dan tidak dapat bekerja.

"Hampir setiap penambang memiliki masalah psikologis. Mereka tidak tidur atau merasa baik. Masalah ini tidak diketahui luas di Chili, tetapi mereka hidup dalam keputusasaan," katanya.

Sejak berita itu muncul dua minggu lalu bahwa tim sepak bola Thailand terperangkap, beberapa penambang telah mengikuti setiap perkembangan secara daring dan melalui media internasional. Untuk salah satu nomor mereka, pelacakan penyelamatan terbukti terlalu berat untuk ditanggung.

"Saya telah menderita kecemasan dan telah kembali ke terapis saya hari ini," kata Omar Reygadas, salah satu penambang.

Penambang lain, Jorge Galleguillos, juga menceritakan kehidupan pasca bebas dari bawah tanah. Dia mengaakan, ia muncul di media sebagai selebritas global, dan diundang ke Hollywood, Vatikan, Israel, dan istana kepresidenan Chili.

"Semuanya berubah, Pada saat ini, semua orang membicarakan Anda, di media, di televisi, Anda adalah berita halaman depan di mana-mana. Tapi kemudian, tidak ada apa-apa. Begitu banyak janji dibuat untuk kami dan kemudian kami ditinggalkan. Sekarang kami dilupakan. Saya berharap hal yang sama tidak terjadi pada mereka,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement