Selasa 18 Jun 2013 18:41 WIB

Enam Bulan AS Minta Belasan Ribu Data ke Yahoo

Kantor pusat Yahoo Inc. di Sunnyvale, California.
Foto: Reuters/Robert Galbraith
Kantor pusat Yahoo Inc. di Sunnyvale, California.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Raksasa penyedia layanan Internet Yahoo! menyatakan menerima lebih dari 13 ribu permintaan dari badan penegakan hukum Amerika Serikat untuk informasi dalam enam bulan hingga 31 Mei.

Surat kepada pelanggan berjudul "Komitmen Kami untuk Privasi Pengguna" itu disiarkan di halaman Tumbler perusahaan tersebut pada Senin dan ditandatangani CEO Yahoo! Marissa Mayer serta kuasa hukum perusahaan itu, Ron Bell.

Yahoo!, bersama dengan Facebook, Microsoft dan Apple, berada di bawah pengawasan diperketat setelah muncul bocoran mengenai program penyusupan oleh pemerintah AS, yang diakui hanya menyasar tersangka teroris asing dan berhasil menggagalkan beberapa upaya penyerangan.

Antara 1 Desember 2012 hingga 31 Mei 2013 "kami menerima antara 12 ribu hingga 13 ribu permintaan, termasuk untuk kasus kriminal, Akta Pemantauan Intelijen Asing (FISA) dan permintaan lain."

Menurut surat tersebut, permintaan paling banyak terkait dengan kasus penipuan, pembunuhan, penculikan, dan penyelidikan kriminal lain.

"Seperti semua perusahaan lain, Yahoo! tidak dapat melanggar hukum dengan membuka permintaan untuk FISA saat ini karena nomor-nomor itu bersifat rahasia; namun kami mendesak pemerintah federal untuk mempertimbangkan kembali sikapnya atas isu ini."

Perusahaan-perusahaan besar penyedia layanan internet menghadapi reaksi publik sejak seorang kontraktor Edward Snowden membocorkan PRISM, sebuah program yang meminta sembilan perusahaan teknologi tinggi menyerahkan data pengguna kepada Badan Keamanan Nasional AS.

Perusahaan tersebut bagaimana pun membantah klaim bahwa NSA bisa mengakses secara langsung server mereka. Pihak berwenang AS mengatakan program tersebut adalah legal dan terbatas.

Yahoo! mengatakan dalam beberapa bulan ke depan akan mengeluarkan "laporan transparansi penegakan hukum global yang pertama yang akan meliputi laporan dalam semester pertama. Kami akan memperbaharui laporan ini dengan statistik terbaru dua kali dalam setahun."

Bocoran Snowden memicu debat terkait masalah privasi dan keamanan, setelah satu dekade lebih serangan teroris pada 11 September 2001 di AS.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement