Ahad 07 Jul 2013 18:33 WIB

Presiden Venezuela: CIA Berada di Belakang Insiden Pesawat Morales

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro
Foto: whatsnextvenezuela.com
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Keputusan baru-baru ini yang diambil sejumlah negara di Eropa untuk menutup wilayah udara mereka bagi pesawat yang membawa Presiden Bolivia Evo Morales dibuat atas perintah Badan Intelejen Pusat (CIA). Demikian pernyataan yang disampaikan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

"Seorang menteri sangat penting mengatakan kepada kami bahwa CIA yang menghubungi otoritas Portugal, Italia dan Prancis supaya menutup wilayah udara bagi Presiden Morales," kata Presiden Maduro yang dikutip kantor berita Venezuela AVN Sabtu (6/7) waktu setempat.

Bolivia menuduh Perancis, Italia, Spanyol dan Portugal melanggar hukum internasional setelah satu pesawat yang membawa Morales dialihkan pada Selasa (2/7) dan dicari pada Rabu (3/7) atas sangkaan bahwa pesawat itu mungkin mambawa mantan pegawai intelejen Amerika Serikat Edward Snowden di pesawat itu. Menteri Luar Negeri David Choquehuanca mengatakan pesawat Morales yang dalam perjalanan kembali ke Bolivia setelah mengikuti pertemuan tentang energi di Moskow dipaksa mendarat di Austria setelah Perancis dan Portugal mencabut izin bagi pesawat itu memasuki wilayah udara mereka.

Kejadian itu menimbulkan skandal diplomatik dimana para pemimpin Bolivia dan negara-negara lain di Amerika Latin menuntut penjelasan. Perancis kemudian meminta maaf kepada Bolivia karena menutup wilayah udaranya bagi Morales.

Snowden diyakini bersembunyi di zona transit Bandar Udara Sheremetyevo, Moskow. Mantan kontraktor Lembaga Keamanan Nasional (ANS) Amerika Serikat itu dicari oleh AS karena membocorkan program pengintain yang diduga menyasar jutaan warga Amerika. Program itu bersifat sangat rahasia.

Rusia telah memperlihatkan sikap yang sudah tidak sabar atas keberadaan Snowden di Moskow. Wakil menteri luar negeri Rusia pada Kamis mengatakan Snowden belum meminta suaka kepada negara tersebut dan sebaiknya menentukan tempat tujuan. Moskow telah menjelaskan bahwa semakin lama ia tinggal, semakin besar resiko ketegangan politik soal nasibnya itu dapat menyebabkan kerusakan hubungan yang lama dengan Washington.

Presiden Maduro pada Rabu (3/7) lalu mengatakan ia telah memutuskan untuk menawarkan suaka bagi Snowden, yang telah mengajukan permintaan tempat perlindungan kepada sejumlah negara untuk menghidari penangkapan oleh Washington. "Berdasarkan martabat yang dimiliki Amerika (Latin)... Saya telah memutuskan untuk menawarkan suaka kemanusiaan bagi Edward Snowden," kata Maduro di depan pawai militer yang disiarkan televisi dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Venezuela.

WikiLeaks pada Rabu (3/7) mengungkapkan bahwa Snowden telah menyampaikan permintaan perlindungan kepada enam negara lainnya, sehingga sejauh ini sudah 20 negara yang ia mintai perlindungan dalam upaya menghindari penuntutan hukum di AS terkait kegiatan mata-mata. Maduro mengatakan Venezuela siap menawarkan perlindungan bagi Snowden dan bahwa informasi-informasi yang telah dibocorkan Snowden soal program pengintaian yang dijalankan AS telah membuka rencana-rencana jahat 'kerajaan' AS.

Sementara Presiden Nikaragua Daniel Ortega mengatakan Jumat (5/7) kemarin bahwa pemerintahannya bersedia memberikan suaka politik bagi buronan AS itu. Pernyataan Presiden Ortega membuka harapan bagi warga negara AS yang sudah beberapa waktu terjebak tinggal di bandara udara di Moskow itu.

Presiden berhaluan kiri itu mengatakan Nikaragua telah menerima permintaan suka di kedutaan besarnya di Moskow. "Kami bersikap terbuka, menghormati hak-hak seseorang untuk mendapatkan suaka dan adalah hal yang jelas bahwa jika keadaan memungkinkan, kami akan menerima Snowden dengan senang hati dan memberikan suaka baginya di sini, di Nikaragua," kata Ortega dalam sebuah acara di depan umum.

sumber : Antara/RIA Novosti/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement