Kamis 14 Nov 2013 16:33 WIB

Dua Menteri Rusia Lakukan Kunjungan Bersejarah ke Mesir

Bendera Rusia
Bendera Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Rusia dijadwalkan bertemu dengan dua menteri Mesir dalam kunjungan bersejarah setelah renggangnya hubungan diplomatik antara Kairo dan Washington.

Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Menhan Rusia Sergei Shoigu tiba di Kairo untuk membahas sejumlah agenda pembicaraan yang juga meliputi rencana penjualan senjata Rusia ke Mesir.

"Pembicaraan tingkat tinggi itu akan menjadi yang pertama dalam sejarah hubungan persahabatan kedua negara," kata Juru Bicara Kemenlu Rusia, Alexander Lukashevich pekan lalu, Kamis (14/11).

Lukashevich mengatkan pembicaraan antara keempat menteri itu akan menyentuh sektor kerja sama teknis dan militer, istilah yang biasa digunakan Rusia untuk memperhalus makna penjualan senjata, serta hubungan ekonomi dan diplomatik kedua negara.

Mesir memiliki hubungan erat dengan Rusia hingga beberapa tahun sebelum Presiden Mesir Anwar Sadat berdamai dengan Israel pada 1979, yang membuat mesir mendapat bantuan militer dari AS senilai 1,3 miliar dolar setiap tahunnya hingga lebih dari tiga dekade terakhir.

Namun hubungan antara Mesir dan Amerika Serikat meregang setelah Washington membekukan sejumlah bantuan militernya kepada Kairo sebagai akibat dari penggulingan mantan Presiden Mohammed Moursi oleh rezim militer Mesir.

Sejak itu Mesir lebih bersikap "independen" dalam menjalani serta menerapkan kebijakan luar negerinya, kata Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy, kepada AFP dalam wawancara pada Sabtu lalu.

Menlu AS John Kerry sebelumnya telah berupaya memulihkan hubungan antara dua negara tersebut lewat kunjungan singkatnya ke Kairo dua pekan lalu, yang juga merupakan kunjungan pertama pejabat tinggi AS sejak penggulingan Moursi.

Dalam kunjungan itu Kerry sempat menegaskan kembali dukungan AS terhadap pemerintah sementara Mesir yang dibentuk oleh rezim militer, namun juga mendorong agar pelaksanaan pemilu secara demokratis di negara itu segera dilakukan.

Namun sepertinya Mesir tidak lagi mau sepenuhnya bergantung kepada hubungan dengan AS guna memenuhi kebutuhan militernya, sehingga Rusia menjadi alternatif untuk mendapatkan senjata.

"Tidak berarti seluruhnya selesai (setelah kunjungan Kerry), bukan berarti Mesir dan AS tidak akan bersitegang lagi di masa depan," kata Menlu Mesir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement