Selasa 04 Mar 2014 11:05 WIB

Tidur Selama 30 Ribu Tahun, Virus Ini Hidup Kembali

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Koronavirus MERS
Foto: medicmagic.net
Koronavirus MERS

REPUBLIKA.CO.ID, MARSEILLE-- Ilmuwan baru-baru ini telah menemukan sebuah virus kuno dan berbahaya telah hidup kembali setelah tidur panjang dan terkubur selama setidaknya 30 ribu tahun. Virus tersebut ditemukan membeku di lapisan terdalam dari permafrost di Siberia, setelah ilmuwan menemukannya dan berusaha mencairkan lapisan es tersebut.

Dilansir dari BBC, Selasa (4/3) Beberapa Ilmuwan mengungkap lapisan es yang dicairkan tersebut menghidupkan kembali virus yang telah tidur panjang dan virus tersebut sangat menular. Ilmuwan Perancis, Profesor Jean - Michel Claverie mengatakan penularan tidak menimbulkan bahaya bagi manusia atau hewan, tapi berbagai virus lain bisa terlepas ke alam bebas.

Studi ini diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS). Profesor Claverie dari National Centre of Scientific Research (CNRS) di Universitas Aix - Marseille di Perancis , mengatakan Ini adalah pertama kalinya kami melihat virus tetap memiliki kemampuan penularan setelah mati dalam jangka waktu panjang.

Patogen kuno ini ditemukan terkubur 30m dibawah lapisan tanah beku di Siberia. Virus ini disebut Pithovirus sibericum, yang juga dinamakan dalam kelas virus raksasa yang ditemukan 10 tahun yang lalu. Ukuran virus ini yang cukup besar 1,5 mikrometer panjangnya membuatnya dapat dilihat di bawah mikroskop. "Ini yang terbesar yang pernah ditemukan," ujar Claverie.

Virus ini terakhir kali bekerja menginfeksi lebih dari 30.000 tahun yang lalu, tetapi di laboratorium tersebut virus ini hidup untuk sekali lagi. Pengujian dilakukan pada serangan virus ke amuba, yang merupakan organisme bersel tunggal. Tetapi hasilnya tidak menginfeksi manusia atau hewan lain.

"Virus ini masuk ke dalam sel mengalikan sel dan akhirnya membunuh sel tersebut. Tapi ini hanya dapat terjadi dan membunuh amuba, tidak menginfeksi pada sel manusia," ujar Dr Chantal Abergel dari CNRS. Namun, para peneliti percaya ada patogen lebih mematikan lainnya yang saat ini masih terkurung di lapisan es terdalam permafrost di Siberia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement