Rabu 09 Apr 2014 15:42 WIB

Imbangi Rusia, Senat AS Usulkan Penempatan Rudal Lebih Canggih

Sebuah rudah pencegat (ilustrasi)
Foto: [ist]
Sebuah rudah pencegat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Situasi Eropa Timur pasca aneksasi Crimea oleh Rusia membuat Amerika Serikat tambah waspada.

Amerika Serikat yang membantu Rusia untuk melucuti senjata nuklir negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Ukraina, Kazakhstan dan Belarusia, kini malah Rusia menjadi faktor destabilisasi keamanan di negara-negara tersebut.

Kemarin, Selasa (8/9) dua lagi wilayah Ukraina yang dihuni etnik Rusia memerdekakan diri secara sepihak oleh para demonstran.

Walaupun Ukraina belum secara resmi menjadi anggota NATO, namun sebagai sekutu, AS merasa mempunyai kepentingan untuk mengimbangi kekuatan militer Rusia di kawasan.

Beberapa Senator AS, dilaporkan National Journal (3/4), mengusulkan agar segera ditempatkan rudal pencegat-rudal di Eropa yang lebih cepat dari yang ada.

Saat ini saja AS sedang menempatkan rudal yang telah dioptimalisasi, Standard Missile 3 Block 1B interceptors untuk melindungi wilayah sekutu dari kemungkinan agresi militer oleh Rusia.

Sistem pertahanan ini ditempatkan di kapal yang bersandar di Spanyol dan juga di lapangan udara di Romania, selesai tahun 2015.

Rudal yang lebih canggih dan terbaru lainnya Block 2A interceptor akan ditempatkan di Polandia tahun 2018.

Skedul penempatan itu didesak untuk dipercepat mengingat anggota Kongres berniat  akan mengirimkan 'pesan deteren' kepada Presiden Vladimir Putin sehubungan dengan isu Crimea.

Usulan penempatan rudal pelindung yang lebih canggih itu diutarakan oleh Senator Joe Donnelly (D-Ind) dalam sebuah rapat Sub Komisi Angkatan Bersenjata.

Dalam kesempatan itu, pihak militer AS  menyetujui usulan itu asal anggarannya disediakan.

"Kami telah menganalisa itu," kata Direktur Pertahanan Rudal Pentagon, Vice Admiral James Syring.

"Hal itu bisa dilaksanakan lebih cepat jika ada anggarannya, tapi dengan anggaran yang ada penempatan sistem itu bisa dilakukan tahun 2018."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement