Ahad 25 May 2014 01:45 WIB

Kekalahan Partai Anti-Islam Redakan Kemarahan Arab Saudi

Rep: C66/ Red: Indira Rezkisari
Pimpinan Partai Kebebasan Belanda (PPV) Geert Wilders.
Foto: AP
Pimpinan Partai Kebebasan Belanda (PPV) Geert Wilders.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Kekalahan Partai Kebebasan Belanda (PVV) di pemilihan anggota parlemen Eropa meredakan kemarahan Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Belanda, Frans Timmermans mengatakan kekalahan partai anti-Islam yang dipimpin oleh Geert Wilders akan membantu Belanda untuk dapat membuka pembicaraan dengan Arab Saudi, Jumat (23/5).

Pada Kamis (22/5) saat pemilihan anggota parlemen Eropa berlangsung, ada rumor yang mengatakan bahwa Arab Saudi hendak memberi Belanda sanksi. Hal ini menyusul keterlibatan PVV dalam pemilihan anggota parlemen. Arab Saudi geram dengan sikap PVV yang memasang sebuah lambang yang menghina Islam di bendera partai mereka.

Dalam lambang PVV, tertulis makna yang dalam bahasa Arab diartikan sebagai Islam adalah sebuah kebohongan, Nabi Muhammad SAW adalah seorang kriminal, dan Al-Qur'an adalah racun. Pemerintah Belanda menolak keterlibatan di dalam lambang partai tersebut. Pihak Pemerintah Belanda mengatakan hal itu murni merupakan tanggung jawab pemimpin PVV, Geert Wilders.

Pemerintah Belanda juga mengatakan jika sebagian besar rakyat di negaranya tidak mendukung lambang PVV itu. "Hasil pemilu yang menyatakan PVV kalah akan membantu Belanda dan Arab Saudi tidak akan bersitegang," ujar Timmermans seperti dikutip dari Dutch News, Jumat (23/5).

Pejabat di Kedutaan Besar Belanda untuk Arab Saudi akan membahas situasi panas yang terjadi akibat tindakan PVV di Riyadh pada Ahad dan Senin mendatang. Timmermans juga berencana untuk datang ke Arab Saudi dan ikut serta dalam pembicaraan.

Rumor yang beredar juga mengatakan jika Arab Saudi akan memboikot perusahaan Belanda yang berada di negaranya. Arab Saudi dikatakan tidak akan memenangkan kontrak perusahaan Belanda di negaranya menyusul tindakan PVV yang menghina Islam. "Saya mendengar dari perusahaan Belanda di Arab Saudi jika mereka tidak lagi dapat melanjutkan kontrak di sana," ujar Timmermans menjelaskan pada Jumat (23/5).

Partai Kebebasan Wilders (PVV) merupakan kelompok sayap kanan ekstrim. Partai ini bersikap anti imigrasi, anti-Islam, dan skeptis terhadap Uni Eropa. Hal ini mereka tunjukkan dengan memandang cukup sinis mata uang euro yang digunakan Uni Eropa.

Dalam berbagai survei sebelum pemilihan anggota parlemen Eropa, PVV diprediksi unggul. PVV diprediksi akan mendapat jumlah suara lebih dari 23 persen dibanding partai lainnya.

Penghitungan awal lembaga Ipsos yang dipublikasikan oleh lembaga penyiaran Belanda, NOS menyatakan PVV hanya mendapat 12,2 persen suara. Jumlah ini menurun 17 persen dibandingkan pemilu 2009.

Menurut Ipsos, Partai tengah pro-Eropa, Demokrat 66 (D66) akan memenangkan pemilihan anggota parlemen Eropa. Pengamat memprediksi kekalahan PVV akibat dari pemilih yang berubah dan tidak mendukung euroskeptis.

Wilders yang memimpin PVV kecewa dengan kekalahan yang harus partainya terima. Ia menyalahkan rendahnya jumlah pemilih, namun ia mengatakan akan berjuang untuk mendapat suara yang banyak dari Brussels.

Menurut sebagian sumber, PVV bermasalah dengan cara pendekatan yang mereka lakukan pada rakyat. Saat menjelang pemilu, PVV dinilai tidak melakukan pendekatan secara intensif pada rakyat sehingga membuat orang-orang yang tadinya mendukung sikap partai, berbalik arah.

Pemilihan parlemen Uni Eropa digelar di 28 negara kawasan Benua Biru tersebut. Pelaksanaan awal pemilihan digelar di Belanda dan Inggris pada Kamis (22/5). pemilihan akan berlangsung hingga Ahad (25/5) besok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement