Kamis 12 Jun 2014 18:10 WIB

Permintaan Minyak Tinggi, OPEC Tak Naikkan Produksi

Rep: Elba Damhuri/ Red: Mansyur Faqih
Pekerja tampak berjalan di kilang minyak di Irak
Foto: reuters
Pekerja tampak berjalan di kilang minyak di Irak

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Negara pengekspor minyak (OPEC) memutuskan untuk tidak menambah kapasitas produksi di tengah naiknya permintaan global. OPEC tetap mematok target produksi minyak 30 juta barel per hari atau 40 persen dari total kebutuhan dunia.

Sekjen OPEC Abdullah Al-Badry mengatakan keputusan ke-12 negara anggota untuk mempertahankan produksi ini merupakan langkah tepat. "Kami memiliki harga minyak yang memuaskan dan pasar yang stabil," kata Abdullah setelah pertemuan OPEC di Wina, Austria, seperti dikutip BBC, Kamis (12/6).

Menurutnya, harga saat ini dan masih stabilnya permintaan membuat semua pihak, baik produser mau pun pembeli, merasa bahagia. OPEC masih melihat perkembangan permintaan pasar atas minyak dan gas hingga akhir tahun ini.

Faktanya, mayoritas anggota OPEC tak mampu meningkatkan kapasitas produksi minyaknya dalam jangka pendek. Bahkan, ketika permintaan minyak naik tinggi dalam waktu dekat, OPEC dipastikan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Harga minyak dunia pun naik menyusul keputusan OPEC yang tidak menambah kapasitas produksinya. Harga minyak Brent untuk pengiriman Juli 2014 naik 45 sen dolar AS menjadi 109,97 dolar per barel di London.

Badan Energi Internasional, konsultan energi para pembeli minyak, memprediksi untuk jangka pendek permintaan pasokan minyak mentah akan naik. Namun banyak anggota OPEC yang telah berada pada kapasitas produksi penuh, yang tidak memungkinkan menambah kapasitas produksi.

Iran mengatakan, dapat mengangkat produksi hingga empat juta barel per hari dalam beberapa bulan ke depan. Hanya saja, Iran masih terkena sanksi pelarangan perdagangan minyak akibat program nuklirnya. 

Kekerasan di Libya berdampak pada turunnya produksi minyak lebih dari dari seperempat persen dari sebelumnya 800 ribu barel per hari. Kisruh politik di Venezuela dan Nigeria juga memberikan pengaruh atas berkurangnya produksi minyak mereka.

Sementara di Irak, saat ini berada dalam ancaman perang sipil terbuka. Badan Energi Internasional merasa yakin kekerasan politik di Irak akan mengurangi kapasitas produksi minyak negeri 1001 malam itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement