Ahad 11 Jan 2015 11:23 WIB

Kepolisian LA Anugerahi Pemimpin Muslim sebagai Duta Perdamaian

Rep: c 14/ Red: Indah Wulandari
Ratusan warga Muslim Amerika mengenang Maher Mathout
Foto: scpr.org
Ratusan warga Muslim Amerika mengenang Maher Mathout

REPUBLIKA.CO.ID,LOS ANGELES–Kepala Kepolisian Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat menganugerahi seorang tokoh umat Muslim kota Los Angeles, almarhum Maher Hathout, sebagai duta kampanye perdamaian.

Penghargaan itu diserahkan pada istri Maher, Ragaa Hathout karena sang suami telah wafat pada 3 Januari 2015 lalu. Upacara penghargaan dilangsungkan di Balai Kota Los Angeles, AS. Sejumlah tokoh Muslim dan agama-agama lainnya, seperti Kristen, Yahudi, dan Sikh, di kota tersebut mengenang Maher sebagai pribadi teladan.

The LA Times melansir, sebelum upacara ini dimulai, para tokoh agama setempat menyampaikan duka cita terkait serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis. Mereka mengutuk keras aksi kekerasan terorisme tersebut.

 “Di saat seperti inilah kita merindukan sosok Maher Hathout. Betapa besar rasa kehilangan kita akan dirinya,” kata pemimpin Yahudi Los Angeles, Rabbi Ken Chasen, Ahad (11/1).

Di masa hidupnya, Maher Hathout menjabat sebagai ketua Islamic Center of Southern California selama tiga dekade. Maher dikenang sebagai salah satu tokoh Muslim AS yang menyuarakan pentingnya perdamaian dengan umat agama yang berbeda.

Rabbi Ken lantas mengajak para peserta upacara penghargaan, untuk mendoakan kebaikan bagi perdamaian dunia. Rabbi Ken mengucapkan doa pertama dalam bahasa Ibrani, lantas bahasa Inggris.

“Kita berdiri di sini sebagai pewaris semangat Maher,” kata Rabbi Ken.

Maher Hathout wafat pada usia 79 tahun di Kota Hope, AS karena kanker yang telah lama dideritanya. Meskipun dikenal sebagai pribadi yang lembut, semangat Maher tidak kendur dalam menyuarakan Islam.

Ini terbukti, Maher sempat berdialog dengan Presiden George W Bush membahas tentang pentingnya memperbaiki hubungan AS dengan dunia Islam, yang kerap menerima label teroris global.

Pada tahun  2006, Maher juga menyatakan ketidaksetujuannya akan pendirian negara Israel, yang disebutnya sebagai rezim apartheid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement