Jumat 17 Apr 2015 17:22 WIB

Penyelundupan Gading dan Emas Sulut Perang di Kongo

Salah satu tentara pemberontah di Kongo
Foto: Antara
Salah satu tentara pemberontah di Kongo

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Penyelundupan gading, emas dan kayu bernilai miliaran dolar setahun menjadi penyulut perang di Republik Demokratik Kongo. Dana hasil penjualan tersebut mengalir pada kelompok pemberontak.

"Kelompok kejahatan bersenjata, yang memiliki hubungan lintas negara terlibat dalam penyelundupan berskala besar emas, tambang, kayu, arang dan hasil hidupan liar, seperti, gading bernilai hingga 1,3 miliar per tahun dari Kongo timur," kata badan PBB untuk lingkungan (UNEP), Jumat (17/4).

Hasil pendapatannya dipakai membiayai setidaknya 25 kelompok bersenjata. Beberapa perkiraan bahkan menyatakan mencapai 49 kelompok. Penguasaan atas kawasan-kawasan kaya mineral menjadi faktor utama dalam konflik yang melanda wilayah timur Kongo selama beberapa dekade.

"Sumberdaya yang diambil oleh geng kriminal dan menyebabkan konflik itu bisa dimanfaatkan untuk membangun sekolah, jalan, rumah sakit, dan masa depan bagi rakyat Kongo," kata Martin Kobler, kepala perwakilan PBB di Kongo, dan kepala MONUSCO, pasukan penjaga perdamaian PBB berkekuatan 20 ribu personel.

Emas merupakan sumber daya terbesar dan geng-geng kriminal terorganisir bisa meraup hingga 120 juta dolar per tahun dari perdagangan komoditas ini.

"Pemasukan ini merepresentasikan biaya kehidupan dasar untuk setidaknya delapan ribu pejuang bersenjata per tahun, dan memungkinkan kelompok yang kalah atau dilucuti senjatanya untuk kembali muncul dan menimbulkan ketidakstabilan di kawasan itu," tambah laporan itu.

Kongo memiliki sumber daya melimpah, bukan hanya berupa emas, tembaga, kobalt, namun juga intan, besi, nikel, mangan, bauksit, uranium, batu timah yang merupakan sumber penting bagi timah.

Meski demikian sebagian besar rakyat negara itu hidup dalam kemiskinan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement