Selasa 21 Apr 2015 18:55 WIB

Diberondong Pertanyaan Rasial, Pasutri Muslim Ini Lapor Polisi

Rep: Gita Amanda/ Red: Indah Wulandari
Sebuah video yang diunggah di media sosial menunjukkan penumpang kereta di Sydney membela seorang perempuan Muslim dari serangan rasial
Foto: abc news
Sebuah video yang diunggah di media sosial menunjukkan penumpang kereta di Sydney membela seorang perempuan Muslim dari serangan rasial

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Pasangan suami istri Muslim asal Pakistan yang mendapat pelecehan verbal di kereta api di Sydney, berencana mengajukan kasus ini ke polisi. Mereka sedang mempersiapkan laporan resmi untuk menuntut pelaku.

Seperti dilansir ABC.Net, Selasa (21/4), Hafeez Bhatti Ahmed meminta polisi menyelidiki pelaku yang melontarkan kekerasan verbal pada ia dan istrinya, Khalida di kereta. Bhatti menegaskan ia telah berbicara kepada polisi Queensland terkait hal ini.

"Berdasarkan kejadian itu, ia (pelaku) menyentuh kepala istri saya dan mulai melakukan kekerasan secara verbal pada istri saya. Itu yang saya tuntut pada polisi, menghukumnya setelah mengidentifikasi," kata Bhatti.

Bhatti mengatakan ia dan istrinya masih terguncang akibat kejadian tersebut. Ia juga kerap menerima ancaman di akun Facebook setelah kejadian itu.  

Menurutnya, salah seorang yang mengaku sebagai "Prajurit Kristen" pernah mengancam akan membunuhnya. Menurutnya ada juga yang mengatakan dirinya adalah teroris yang menyampaikan propaganda Islam.

"Kami mempersiapkan diri secara khusus, terutama ketika kita harus pergi keluar," katanya.

Banyak pula yang menyebutnya pengecut karena tak membela istrinya saat mengalami kekerasan verbal di kereta. Tapi, ia menegaskan, memilih diam karena tak ingin orang semakin salah paham dengan Islam.

"Saya mencoba mengedukasi dia (pelaku) dengan sikap tenang saya," katanya.

Kasus Bhatti menarik perhatian, saat Stacey Eden gadis Australia di kereta tersebut merekam aksi pelecehan.

Dari rekaman Eden, terlihat seorang perempuan berusia lanjut secara agresif menanyai pasangan Muslim tersebut. Pelaku menyalahkan berbagai peristiwa pemenggalan, perang, dan teror sebagai kesalahan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement