Jumat 14 Aug 2015 11:46 WIB

4.000 Warga Cina Tewas per Hari karena Polusi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Penduduk Beijing mengenakan masker saat berjalan di jalanan Ibu Kota Cina. Beijing kembali menempati posisi teratas kota paling terpolusi di Cina.
Foto: AP
Penduduk Beijing mengenakan masker saat berjalan di jalanan Ibu Kota Cina. Beijing kembali menempati posisi teratas kota paling terpolusi di Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah penelitian terbaru mengungkap fakta mencengangkan mengenai dampak polusi di Cina. Polusi udara di negari tirai bambu tersebut rata-rata menewaskan sekitar 4.000 orang per harinya.

Polusi juga jadi menjadi biang kelahiran bayi prematur dengan skala 1:6. Para pakar dari University of California Berkeley menghitung sekitar 1,6 juta orang di Cina meninggal karena masalah jantung, paru-paru dan stroke per tahunnya.

Hal tersebut merupakan dampak dari polusi udara. Penelitian dipublikasikan dalam jurnal PLOS One. Polusi berasal dari pembakaran batubara baik untuk kebutuhan listrik maupun menghangatkan rumah.

Metode penelitian dilakukan dengan pengukuran udara dan kalkulasi model komputer. Ketua penulis penelitian Robert Rohde mengatakan 38 persen populasi Cina hidup di area yang kualitas udaranya tidak sehat menurut standar US Environmental Protection Agency (EPA).

"Ini jumlah yang sangat besar. Hampir setiap orang di Cina menghirup udara yang paling buruk untuk jenis partikel daripada udara paling buruk di AS," kata Rohde.

Menurutnya salah satu wilayah tersebut adalah bagian selatan ke barat Beijing.

Pada data 2010, EPA menghitung antara 63 ribu hingga 88 ribu orang tewas di AS karena polusi udara. Di Cina, kualitas udara memburuk ketika musim dingin karena orang-orang lebih banyak membakar batubara untuk menghangatkan rumah.

Cuaca dingin juga menjebak polutan tetap dekat ke tanah. Peneliti lainnya, Jason West dari University of North Carolina mengatakan penelitian tersebut akan sangat berpengaruh. Beijing akan menjadi tuan rumah Winter Olympics pada 2022.

Namun menurut Rohde, angka di atas akan turun seiring dengan upaya Cina menurunkan emisi dengan membatasi penggunaan batubara. Allen Robinson dari Carnegie Mellon University juga mengatakan udara berpolusi di Pittsburgh berangsur lebih bersih seiring dengan regulasi dan bangkrutnya industri-industri besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement