Senin 18 Jul 2016 12:19 WIB

Oposisi Suriah: AS Harus Capai Kesepakatan dengan Rusia

Rep: Puti Almas/ Red: Winda Destiana Putri
Rusia
Foto: AP
Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Oposisi Suriah menilai Amerika Serikat (AS) telah gagal untuk mencapai kesepakatan dengan Rusia. Hal ini disebut semakin membuat keadaan di salah satu negara di Timur Tengah tersebut menjadi rumit.

Pihak oposisi mengatakan Rusia telah melakukan sejumlah kejahatan perang. Salah satunya adalah dengan memperkuat jumlah pasukan yang berada di Aleppo untuk berjaga-jaga dan menindak kelompok oposisi.

"Rusia telah melakukan hal yang berbeda dengan apa yang mereka telah katakan sebelumnya," ujar salah satu anggota oposisi utama Suriah, Basma Kodmani, dilansir Reuters, Senin (18/7).

Selain itu, Rusia disebut berbohong dengan tetap membantu meluncurkan serangan udara di sejumlah wilayah yang dikuasai oleh oposisi Suriah. Padahal, negara itu mengatakan hendak membantu Suriah dalam menghentikan perang saudara dan mencapai perdamaian.

Selama ini, Rusia telah memberi dukungan kepada pasukan Pemerintah Suriah. Sementara itu, AS membantu pihak oposisi yang meminta agar Presiden Bashar Al Assad mundur dari jabatan orang nomor satu di negara itu.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry baru-baru ini melakukan perjalanan ke Moskow dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia disebut ingin mencapai kesepakatan agar perundingan damai mengenai Suriah dapat kembali dilaksanakan.

Kerry mengatakan ada kemungkinan pembicaraan damai antar pihak yang bertikai di Suriah mungkin dapat dilaksanakan. Meski demikian, banyak hal yang harus terlebih dahulu dilakukan untuk mencapainya.

Kodmani menjelaskan seharusnya AS bertindak lebih tegas kepada Rusia. Selama ini, ia tidak melihat bahwa negara adidaya itu mampu menantang Rusia yang jelas membantu terjadinya kejahatan perang di Suriah.

"AS dan negara sekutunya di Eropa harus mampu mengambil langkah yang lebih keras dalam menantang Rusia, namun ternyata tidak ada sama sekali," kata Kodmani menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement