Kamis 15 Dec 2016 16:03 WIB

Pemimpin UE Bertemu Bahas Krisis Eropa dan Brexit

Bendera Inggris dan Uni Eropa
Foto: Reuters
Bendera Inggris dan Uni Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan di Brussel pada Kamis (15/12) untuk sebuah pertemuan yang dipenuhi dengan perselisihan terkait bagaimana cara mengatasi banyaknya krisis yang mereka hadapi, dan yang terbesar, bagaimana menghadapi Brexit.

Setelah satu hari pertemuan membahas tentang migran, Turki, Rusia, pertahanan di masa Donald Trump dan ekonomi zona Eropa di masa ketegangan, para pemimpin akan melihat Perdana Menteri Inggris Theresa May keluar dan menyepakati bagaimana proses pemisahannya.

Para diplomat dan pejabat yang terlibat dalam persiapan pertemuan kuartal Dewan Eropa mengatakan sebuah konsensus prosedur yang akan disepakati oleh 27 negara anggota saat May mengumumkan mundurnya Inggris secara resmi Maret mendatang menjadi salah satu isu yang tidak begitu memecah belah yang ada.

"Kami berjalan di sebuah ladang ranjau," seorang pejabat tinggi Uni Eropa mengatakan.

Para 28 pemimpin negara akan memulainya dengan meninjau dimana posisi mereka dalam menghadapi krisis yang membesar tahun lalu, saat satu juta orang yang kebanyakan melarikan diri dari perang di Suriah mencapai Eropa, sebagian besar melalui Turki dengan menggunakan kapal ke sejumlah pulau di Yunani.

Para pemimpin akan menyatakan kembali komitmen mereka menjaga janji kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan meskipun adanya kemarahan terhadap cara presiden itu menindak keras kritik setelah adanya kudeta yang gagal enam bulan lalu. Namun pemerintah Austria, yang melawan para lawan anti-imigran di dalam negaranya sendiri, menghalangi pernyataan luas terhadap gagasan tergabungnya Turki dalam Uni Eropa, dikarenakan Wina bersikeras pertemuan itu secara resmi menunda diskusi keanggotaan Turki.

Brussels berusaha mengatasi migrasi dari Afrika ke Italia dengan menekan pemerintahnya dan memberikan dana bantuan serta dengan bersiap untuk menaikkan pemulangan imigran gelap. Namun Italia akan mengeluh oposisi dari negara-negara bagian timur yang memasukkan para pengungsi telah menyebabkan membesarnya jumlah pencari suaka, dan hanya sedikit tanda negara-negara Uni Eropa lainnya yang berniat mengambil beberapa di antara migran itu.

Kemarahan terhadap politisi yang menjabat membantu menggulingkan Matteo Renzi setelah sebuah referendum bulan ini dan penerusnya, Perdana Menteri Paolo Gentiloni, akan menghadiri pertemuan pertamanya. Dia akan dibantu oleh Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras dalam keluhannya atas kurangnya solidaritas terhadap migran, Tsipras juga dapat mengangkat keluhan Athena terkait tindakan kurang menyenangkan yang dilakukan oleh Jerman dan pemberi dana lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement