Senin 06 Feb 2017 17:13 WIB

Menlu Jerman: AS Dukung Eropa dan NATO

Menteri Ekonomi Jerman Sigmar Gabriel.
Foto: Reuters/Axel Schmidt
Menteri Ekonomi Jerman Sigmar Gabriel.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel, Ahad (5/2), menyatakan pertemuannya dengan pejabat tinggi Amerika Serikat meyakinkannya akan tekad AS bagi Eropa bersatu dan persekutuan NATO. Presiden AS Donald Trump menyatakan NATO usang sebelum menjabat dan menyarankan negara lain anggota Uni Eropa mengikuti jejak Inggris keluar dari Uni Eropa, yang ia sebut kendaraan untuk Jerman.

"Kami semua gelisah dengan berbagai pernyataan pemerintahan baru AS," kata Gabriel, yang bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pada pekan lalu, kepada televisi Jerman ARD.

"Baik Wakil Presiden Amerika Serikat Pence dan Tillerson menyampaikan dengan jelas dalam pembicaraan itu mereka memiliki minat kuat dalam bentuk Eropa bersatu dan mendukung kemitraan lintas Atlantik di NATO," kata Gabriel.

Ia menambahkan itu relatif serupa dengan yang mereka dengar sebelumnya. Gabriel, yang berusaha mendorong hubungan kerja sama dengan pemerintahan baru Amerika Serikat dalam perjalanannya ke Washington dan New York, mendesak anggota parlemen Jerman dan pejabat Eropa melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk menstabilkan kontak tersebut.

Kanselir Jerman Angela Merkel adalah sekutu Eropa untuk mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang memuji dia sebagai mitra luar biasa. Tetapi di bawah kepemimpinan Trump, hubungan memburuk dengan cepat.

Pemerintahan Merkel telah membuat tawaran bagi tim Trump untuk kunjungnnya ke Amerika Serikat pada musim semi dalam kapasitasnya sebagai ketua kelompok ekonomi terkemuka G20. Trump menerima undangan untuk ke Pertemuan Puncak G20, tempat Merkel akan menjadi tuan rumah di Hamburg pada awal Juli.

Sementara itu, terkait Rusia, Gabriel mengatakan, "Saya pikir kami semua harus berharap pada tercipta perjanjian antara Rusia dan Amerika Serikat, bukan sesuatu yang merugikan Ukraina atau Eropa, tapi jika ada maka itu yang meredakan ketegangan antara dua kekuatan dunia ini, maka itu bagus."

Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel pada akhir Januari mengecam keputusan AS untuk melarang masuk warga dari tujuh negara dengan mayoritas warga adalah Muslim sebagai tindakan bias anti-Muslim. Upaya anti-terorisme tak boleh membenarkan kecurigaan umum terhadap satu kelompok orang tertentu, kata Merkel dalam satu taklimat sebelum pembicaraannya dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang sedang berkunjung ke Jerman.

Merkel mengatakan Pemerintah Jerman akan berbuat sekuat mungkin untuk mengetahui bagaimana orang dengan dua kewarganegaraan Jerman dan tujuh negara yang terdaftar akan terpengaruh secara hukum akibat larangan perjalanan itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement