Sabtu 18 Feb 2017 16:40 WIB

Cina Merasa Dikhianati Jika Korut Dibalik Pembunuhan Kim Jong-nam

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
Kim Jong Nam
Foto: AP
Kim Jong Nam

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pemerintah Cina sedang mengawasi perkembangan kasus pembunuhan yang menimpa Kim Jong-nam, yang merupakan saudara seayah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Santer terdengar kabar ada kemungkinan Korea Utara terlibat dalam pembunuhan yang terjadi di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Senin (13/2).

Jika spekulasi itu benar, maka Cina akan merasa dikhianati oleh negara yang selama ini tertutup selama bertahun-tahun. Ini sebuah penghinaan yang besar. Seorang pakar hubungan internasional dari School of International Relations dan Public Affairs di Fudan University di Shanghai Wang Weimin menyebutkan saat ini lingkaran dalam pemerintahan Cina sangat gugup karena adanya kasus ini.

"Pembunuhan Kim Jong Nam membuat Cina lebih sadar tentang bagaimana tak terduga dan kejamnya rezim Korea Utara saat ini, serta kemauan Kim Jong-un untuk meninggalkan Cina dan menjualnya untuk keuntungannya sendiri di setiap saat," kata profesor hubungan internasional itu, seperti dikutip dari The Washington Post, Sabtu (18/2).

Kim Jong-nam telah tinggal selama lebih dari satu dekade di Beijing dan Makau. Termasuk dengan istri dan anak-anak di kedua tempat tersebut yang juga dijamin keamanan mereka. Kim memiliki reputasi sebagai seorang playboy yang suka mengunjungi kasino. Meskipun ia juga termasuk orang yang ramah dan santai.

Ahli Cina mengatakan ia telah menerima perlindungan dan monitoring dari jasa keamanan Cina 24 jam. Bahkan ia juga mendapatkan bantuan keuangan ketika ia membutuhkannya.

Meski statusnya sebagai anak tertua dari mantan pemimpin Kim Jong Il, ia tidak menunjukkan ambisi politik yang jelas. Wang mengatakan bahwa pihak berwenang Cina menyadari sejak dulu bahwa ia tidak memiliki potensi kepemimpinan. Dan Cina tidak menggantungkan harapan besar pada dirinya. Namun demikian, ia adalah seorang tamu negara mereka, mungkin juga sebagai intelijen berharga di masa lalu.

Kasus pembunuhan itu bahkan datang pada waktu yang kurang mengenakan bagi Beijing. Karena hanya beberapa hari setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal. Dan saat itu pemerintahan baru Trump telah meminta Cina untuk berbuat lebih banyak untuk mengendalikan tetangga dan sekutu yang merepotkannya. Sementara itu Cina menanggapinya dengan meminta Amerika Serikat untuk tidak memperparah situasi dengan memulai dialog dengan Pyongyang.

Kemudian, pada Senin (13/2), Kim Jong Nam rupanya diracun dalam serangan oleh dua wanita di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Malaysia. "Diktator kejam dan akhirnya berubah-ubah yang tidak dapat dipercaya pada apa pun," demikian yang ditulis oleh kedua ahli tersebut dalam sebuah esai baru-baru ini.

Seorang komentator politik lain menuliskan pendapatnya pada Kamis (16/2), bahwa spekulasi dalang pembunuhan itu menunjuk tajam berada di tangan Pyongyang. Jika itu dikonfirmasi, Cina akan bergabung dengan masyarakat internasional untuk mengutuk Pyongyang.

Hubungan antara Beijing dan Pyongyang telah memburuk secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Cina Xi Jinping dan Kim Jong-un belum pernah bertemu. Para ahli mengatakan diyakini keduanya saling tidak respek satu sama lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement