Senin 06 Mar 2017 20:03 WIB

PBB Minta Dana Buat Warga Sudan Selatan

Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan, Senin, 11 Juli 2016. Mereka menyelamatkan diri karena memanasnya pertempuran selama sepekan belakangan.
Foto: Beatrice Mategwa/UNMISS via AP
Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan, Senin, 11 Juli 2016. Mereka menyelamatkan diri karena memanasnya pertempuran selama sepekan belakangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Pejabat senior bantuan PBB pada Ahad (5/3) menyerukan diberikannya akses segera dan tanpa halangan ke warga Sudan Selatan yang memerlukan bantuan dan dana mendesak bagi aksi kemanusiaan.

Stephen O'Brien, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinato Bantuan Darurat, mengatakan PBB sangat memerlukan dana tambahan untuk meningkatkan, mempertahankan dan memperluas bantuan penyelamat nyawa serta perlindungan di seluruh Sudan Selatan.

"Pertempuran perlu dihentikan. Kami memerlukan ketenangan sekarang sehingga kami bisa terus menjangkau orang yang sangat memerlukan, dan mencegah bencana lebih jauh," kata O'Brien dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba.

Ia mengakhiri kunjungan dua hari ke Sudan Selatan, dua pekan setelah kelaparan diumumkan di Kabupaten Leer serta Mayendit. Ia menuntut akses kemanusiaan segera, penuh dan tanpa halangan serta mengingatkan semua pihak dalam konflik bahwa Hukum Kemanusiaan Internasional harus dihormati dan warga sipil dilindungi.

Selama kunjungannya, Pejabat Bantuan PBB itu juga bertemu dengan mitra kemanusiaan serta para pejabat pemerintah. "Pangkal penderitaan ini adalah konflik," kata O'Brien. Ia mencerminkan apa yang ia tekankan dalam semua pertemuannya.

"Rakyat telah kehilangan tempat tinggal, menghadapi tindakan brutal dan diperkosa. Mereka telah diserang ketika mereka berusaha mencari bantuan. Ini harus dihentikan, dan itu harus dihentikan sekarang," katanya.

Krisis kemanusiaan di Sudan Selataqn dengan cepat meningkat, dan kelaparan serta gizi buruk telah mencapai tingkat baru yang mengkhawatirkan. Pertempuran, ketidak-amanan dan kurangnya akses ke bantuan telah membuat sebanyak 100 ribu orang menghadapi kelaparan dan satu juta orang lagi berada di ambang kelaparan.

Lebih dari 3,4 juta orang telah terusir dari rumah mereka sejak konflik meletus pada Desember 2013, termasuk 1,9 juta orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dan lebih dari 1,5 juta orang yang telah mengungsi ke negara tetangga.

Selama kunjungannya, Pejabat Senior Bantuan PBB tersebut bertemu dengan orang yang telah menyelamatkan diri dari pertempuran, ketakutan dan kelaparan di Leer serta Mayendit, serta kelaparan dan kondisi tidak aman di Lakes. Sampai Juli, masyarakat kemanusiaan memperkirakan 5,5 juta orang akan menghadapi kondisi rawan pangan serius.

"Ini baru awal musim yang tidak bagus dan, sayangnya, kondisi dapat bertambah lebih buruk lagi dalam beberapa bulan ke depan," kata O'Brien.

Ia mengatakan pekerja bantuan terus menghadapi banyak penghalang untukmengirim bantuan kemanusiaan ke seluruh Sudan Selatan, termasuk permusuhan aktif, tak diberi akses dan halangan birokratis. Mereka seringkali harus dipindahkan akibat kondisi tidak aman, meningkatnya ketegangan atau instruksi dari pemerintah, termasuk baru-baru ini dari Mayendit.

Pasokan dan kompleks kemanusiaan telah berkali-kali dijarah, kebanyakan selama bentrokan di Kota Kecil Mayendit, Jonglei dan Kajo-Keji. "Kami memiliki rencana. Kami sudah menanggapi. Kami siap meningkatkan. Sekarang kami memerlukan akses dan dana untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa lagi," kata O'Brien.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement