Jumat 31 Mar 2017 05:43 WIB

Penipisan Lapisan Es Kutub Utara Picu Perkembangan Ganggang

Kutub Utara
Foto: Reuters
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Perubahan iklim mengubah kehidupan di Samudera Arktik saat lapisan es laut menipis menyebabkan lebih banyak sinar matahari masuk dan memungkinkan perkembangan ganggang mikroskopis di kawasan tidak ramah mahluk hidup di sekitar Kutub Utara.

Menurut ilmuwan pada Rabu (29/3), ganggang mikro sekarang mungkin dapat tumbuh di bawah es di hampir 30 persen dari wilayah Samudera Arktik di puncak musim panas singkat pada Juli, naik dari sekitar lima persen jika dibandingkan dengan 30 tahun lalu. Dalam laporan mereka disebutkan bahwa perkembangan itu mungkin mencakup kawasan lebih luas.

"Perubahan iklim baru-baru ini mungkin secara nyata mengubah lingkungan hidup Samudera Arktik," kata ilmuwan di Amerika Serikat dan Inggris, yang dipimpin Christopher Horvat dari Universitas Harvard.

Perkembangan besar-besaran ganggang di bawah lapisan es pertama kali terjadi pada 2011 di Laut Chukchi, utara Selat Bering, yang memisahkan Alaska dengan Rusia, wilayah sebelumnya dinilai terlalu gelap untuk proses fotosintesis. Para ilmuwan, yang menulis dalam jurnal ilmu pengetahuan tingkat maju dengan akses terbuka, mendasarkan perkiraan mereka pada model matematika dari penipisan es dan kolam lelehan air pada permukaan es yang makin membantu lebih banyak sinar matahari menembus ke dalam air dingin di bawah lapisan es itu.

Rata-rata ketebalan es laut di Kutub Utara turun menjadi 1,89 meter (6,2 kaki) pada 2008 dari semula 3,64 meter pada 1980, menurut penelitian yang berbeda. Ganggang sub es tampaknya menjadi dorman atau mati suri di musim dingin, ketika matahari menghilang selama berbulan-bulan, dan hidup kembali di musim semi.

Horvat mengatakan kepada Reuters belum diketahui dampak pertumbuhan itu pada rantai makanan Arktik, sekalipun ada peluang akan menarik lebih banyak ikan utara. "Sangat sedikit dari ganggang yang muncul ini yang telah diamati," tulisnya dalam surat elektronik.

Peristiwa itu menambah ketidakpastian terhadap masa depan ekonomi kawasan itu setelah pemanasan meningkat rata-rata sekitar dua kali lipat di bumi secara keseluruhan. Hampir semua pemerintah menyalahkan kecenderungan itu terutama pada penumpukan gas rumah kaca buatan manusia.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa kali menyebut pemanasan global adalah buatan manusia sebagai suatu tipuan dan menandatangani sebuah perintah pada Selasa untuk membatalkan peraturan perubahan iklim yang dikeluarkan oleh mantan Presiden Barack Obama.

Pemerintah negara di sekitar Samudera Arktik, termasuk Amerika Serikat, membuat aturan untuk mengelola potensi stok ikan masa depan di Samudera Arktik saat es menyusut dan menipis. Mereka terakhir bertemu pada pertengahan Maret di Eslandia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement