Sabtu 08 Apr 2017 14:37 WIB

Trump Tegaskan Kepada Xi Posisi AS Atas Ancaman Nuklir Korut

Rep: Puti Almas/ Red: Winda Destiana Putri
Lokasi uji coba nuklir Korea Utara
Foto: Youtube
Lokasi uji coba nuklir Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan posisi negaranya terkait ancaman program nuklir dari Korea Utara (Korut). Hal ini ia nyatakan dalam pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping di Mar-a-Lago, Florida.

Kedua pemimpin negara melakukan sejumlah pembicaraan diplomatik, termasuk kesepakatan dalam berbagai peningkatan kerjasama antara AS dan Cina. Di sana, Trump juga mengemukakan bahwa posisi Negeri Paman Sam terkait penyebaran sistem pertahanan anti rudal atau yang dikenal yang dikenal dengan nama High Altitude Area Defense (THAAD) di Semenanjung Korea.

Penyebaran THAAD dilakukan oleh Korea Selatan (Korsel) dan AS sebagai tindakan menghadapi ancaman senjata nuklir Korut. Namun, Cina keberatan dengan penyebaran THAAD, dengan alasan radar sistem itu dapat menembus teritori Negeri Tirai Bambu.

Penyebaran THAAD dilakukan pada Maret lalu. Langkah ini dimulai untuk pertama kalinya setelah Korut kembali melakukan uji coba empat rudal balistik. "Trump mengatakan bahwa ia bersama dengan Xi telah melakukan pembahasan secara mendalam dan sangat serius mengenai masalah nuklir Korut dan merespon hal itu, termasuk posisi AS dalam penyebaran THAAD," ujar pernyataan dari pemimpin bertindak Korsel, Hwang Kyo-ahn, dilansir Asian Correspondent, Sabtu (8/4).

Trump juga disebut telah meminta XI untuk secara khusus melakukan tindakan terhadap Korut. Selama ini, Cina dikenal sebagai salah satu sekutu utama Korut. "Xi telah diminta oleh Trump agar dapat ebrbuat lebih banyak menekan program nuklir Korut," kata menteri laur negeri AS Rex Tillerson.

Sebelumnya Cina melalui Menteri Luar Negeri Wang Yi menyampaikan bahwa keamanan suatu negara tidak seharusnya didirikan dengan desar meruigakan keamanan negara lainnya. Selama ini, Korsel yang berbatasan langsung dengan Korut dan disebut sebagai target utama dari program nuklir negara terisolasi itu merasa perlu melakukan upaya khusus untuk perlindungan. "Kami mengerti kebutuhan Korsel dalam hal itu, namun pihak negara itu juga harus menghormati posisi Cina," jelas Wang.

Tekanan Cina terhadap Korsel sebagai respon penyebaran THAAD juga telah dilakukan dalam beberapa bulan terakhir. Tekanan itu khususnya dalam bidang perekonomian, dimana beberapa perusahaan Negeri Ginseng dilarang untuk beroperasi di Cina.

Salah satunya adalah pada awal Februari lalu, perusahaan asal Korsel yaitu Lotte Group mengatakan bahwa proyek yang pihaknya miliki di Shenyang, Provinsi Liaoning, Cina dihentikan sementara. Hal itu terjadi setelah petugas berwenang di kota itu memeriksa fasilitas pemadam kebakaran.

Namun, tindakan otoritas di Shenyang itu kemudian disebut sebagai pembalasan dari Pemerintah Cina atas rencana pemasangan sistem THAAD. Salah satunya diketahui berada di sebuah lahan miliki perusahaan Lotte di Seongju, sekitar 200 kilometer dari Ibu Kota Seoul, Korsel

Cina berpendapat bahwa dalam mengatasi masalah nuklir Korut diperlukan upaya perdamaian melalui negosiasi. Dalam sebuah pernyataan, Wang juga meminta agar semua negara yang tergabung sebagai Anggota Dewan Keamanan PBB dapat mencari solusi guna melanjutkan dialog mencapai kesepakatan. "Semua pihak yang menegakkan resolusi Dewan Keamanan PBB harus proaktif mencari solusi melanjutkan negosiasi unntuk masalah nuklir Korut di semenanjung Korea," jelas Wang, dilansir Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement