Selasa 18 Apr 2017 06:04 WIB

Jepang Tarik Pasukannya dari Misi PBB di Perang Sudan Selatan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Dalam foto yang diambil Kamis, 14 Juli 2016 ini tampak warga Sudan Selatan mengungsi di kamp PBB di Juba.
Foto: Beatrice Mategwa/UNMISS via AP
Dalam foto yang diambil Kamis, 14 Juli 2016 ini tampak warga Sudan Selatan mengungsi di kamp PBB di Juba.

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Pada Senin (17/4) Jepang menarik pasukannya dari misi perdamaian PBB dalam perang saudara di Sudan Selatan. Langkah tersebut dilakukan karena meningkatnya kekerasan dalam konflik hingga bisa disebut genosida.

Kontingen Jepang yang terdiri dari 350 tentara itu telah menempati ibu kota A Juba selama lima tahun terakhir. Mereka diklaim telah membantu pembangunan infrastruktur di sana. "Kloter pertama akan pergi hari ini," kata juru bicara misi penjagaan perdamaian PBB Daniel Dickinson kepada Reuters, Senin (17/4) sesaat sebelum kloter pertama tersebut terbang dari Bandara Internasional Juba.

Dickinson menyampaikan, terdapat tiga kelompok dalam pemulangan ke Jepamg tersebut. Sedangkan hari ini terdapat 68 tentara yang dipulangkan. Pertempuran mematikan itu terjadi mulai 2013 silam, yang kebanyakan didoromg oleh kebencian etnis.

Pertempuran itu pecah antara pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan musuh politiknya Riek Machar yang telah dipecat sebagai wakil presiden. Upaya damai pernah dilakukan pada tahun 2015. Saat Machar kembali diangkat sebagai wakil presiden.

Akan tetapi upaya tersebut gagal menghentikan pertempuran, dan pada Juli pertempuran kembali memanas. Pertempuran semakin memanas terutama di kawasan khatulistiwa dari Sudan Selatan. Saksi yang selamat melaporkan pasukan pro pemerintah menyisir kota-kota dan mulai menembak membabi buta.

Adapun juru bicara pemerintah Sudan Selatan Ateny Wek Ateny menyambut langkah Jepang dalam mencabut pasukannya dari Sudan Selatan. Ia mengatakan pemerintahnya bisa mengurusi urusan negaranya sendiri.

Meskipun PBB telah mengakui adanya genosida dalam pertempuran di Sudan Selatan, hingga saat ini PBB belum memberikan keputusan untuk itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement