Kamis 04 May 2017 13:30 WIB

Aksi Protes Kembali Pecah di Venezuela

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Pengunjuk rasa antipemerintah Venezuela.
Foto: AP Photo/Ariana Cubillos
Pengunjuk rasa antipemerintah Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Aksi unjuk rasa yang berujung bentrokan terjadi di sejumlah kota di Venezuela. Salah satu yang terburuk berlangsung di Ibu Kota Caracas.  Satu orang demonstran dilaporkan tewas pada Rabu (3/5).

Unjuk rasa pada awalnya dimulai dengan damai oleh para demonstran. Namun, secara tiba-tiba di antara mereka muncul sejumlah pemuda yang mengenakan topeng.

Saat hampir menuju kantor parlemen negara, para pemuda itu kemudian melemparkan batu serta bom api kecil ke arah pasukan keamanan. Bentrokan dengan polisi langsung terjadi dan banyak dari demonstran yang terkena peluru karet serta meriam air.

Demonstran menggelar aksi unjuk rasa menentang Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Mereka memprotes keputusan untuk menciptakan badan penyusun ulang konstitusi negara yang beranggotakan 500 orang.

Keputusan itu  menyebabkan Majelis Nasional yang dikuasai politisi oposisi tidak ada lagi. Maduro mengatakan, pemilihan majelis baru untuk warga baru diadakan dalam beberapa pekan ke depan.

Setidaknya, hingga saat ini ada 30 orang yang tewas sejak gelombang protes terhadap Maduro berlangsung dalam satu bulan terakhir. Unjuk rasa itu disebut sebagai upaya terorganisir dalam mengalahkan Revolusi Bolivarian yang dibuat oleh Pemerintah Venezuela.

Kekacauan ekonomi terus terjadi di Venezuela. Inflasi negara itu diperkirakan mencapai hingga 700 persen pada tahun ini. Oposisi menyalahkan kebijakan sosialis yang diterapkan oleh Maduro, serta pendahulunya mantan presiden Hugo Chavez.

Menurut oposisi, program kesejahteraan sosial yang dibuat pada 2013 lalu membuat harga ekspor minyak Venezuela menurun. Akibatnya, pendapatan pemerintah berkurang secara signifikan dan berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat negara itu untuk memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari membeli bahan-bahan makanan, obat-obatan, hingga susu bayi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement