Rabu 10 May 2017 23:44 WIB

Empat Penjaga Perdamaian PBB Tewas dalam Serangan di Afrika

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Karta Raharja Ucu
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB berpatroli di wilayah Sudan (ilustrasi)
Foto: AP
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB berpatroli di wilayah Sudan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI --- Empat penjaga perdamaian PBB ditemukan tewas dan satu lainnya dinyatakan hilang setelah konvoi kendaraan mereka diserang di Republik Afrika Tengah (CAR), Selasa (9/5). Kelompok misi PBB di Afrika, MINUSCA, menduga pelaku serangan adalah militan dari kelompok bersenjata "anti-Balaka."

Serangan terjadi di dekat Desa Yogofongo, yang terletak 470 km dari timur Ibu Kota Bangui, dekat dengan perbatasan Republik Demokratik Kongo. MINUSCA mengungkapkan pernyataan duka setelah memastikan empat penjaga perdamaian mereka tewas dalam serangan itu.

Juru bicara MINUSCA, Herve Verhoosel, mengatakan membunuh seorang penjaga perdamaian PBB dianggap sebagai kejahatan perang. PBB telah mengirim sebuah helikopter dan tentara untuk mengamankan daerah tersebut dan mencari satu penjaga perdamaian yang hilang.

Sebelumnya, MINUSCA juga mengumumkan satu serangan kelompok 'anti-Balaka' yang menargetkan konvoi penjaga perdamaian mereka, pada Senin (8/5). Sedikitnya delapan penjaga perdamaian, yang terdiri dari satu warga negara Kamboja dan tujuh warga negara Maroko, terluka dalam serangan tersebut.

Dilansir dari Aljazirah, Republik Afrika Tengah adalah salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi pekerja kemanusiaan. Tercatat 33 serangan terjadi terhadap pekerja kemanusiaan pada kuartal pertama 2017.

Pada Sabtu (6/5), empat lembaga bantuan internasional mengatakan akan menangguhkan sementara operasional mereka di Republik Afrika Tengah. Hal itu dikarenakan banyaknya serangan terhadap pekerja bantuan mereka oleh kelompok bersenjata.

PBB telah memiliki 13 ribu penjaga perdamaian di negara itu. Namun warga sipil di sana mengeluh bahwa jumlah itu tidak cukup untuk melindungi mereka dari puluhan kelompok bersenjata.

Sekitar 465 ribu warga Republik Afrika Tengah telah melarikan diri ke negara-negara tetangga sejak konflik meletus pada 2013. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, lebih dari 2,2 juta orang atau hampir separuh penduduk, memerlukan bantuan kemanusiaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement