Sabtu 13 May 2017 18:13 WIB

Petugas Kesehatan Didesak Tahan Wabah Ebola di Kongo

Rep: Sri Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Virus Ebola (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Virus Ebola (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KONGO – Sejak pertama kali ditemukan di Afrika Barat, wabah Ebola telah menewaskan 11.300 orang. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, virus tersebut mewabah di timur laut Republik Demokratik Kongo setelah menyebabkan tiga kematian di daerah tersebut. Otoritas kesehatan juga memeriksa total sembilan kasus lain yang dicurigai.

Salah satu dari mereka yang terbunuh telah terbukti positif terinfeksi Ebola setelah terkena demam berdarah bulan lalu di Bas-Uele, sebuah provinsi yang berbatasan dengan Republik Afrika Tengah. Ketiga kematian tersebut terjadi sejak 22 April. Dalam pidato di televisi, Menteri Kesehatan Oly Ilunga membenarkan kasus tersebut sembari meminta penduduk tetap tenang.

"Negara telah melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk merespon dengan cepat dan efisien wabah baru ini," kata dia dilansir News.co.au Sabtu (13/5).

Kasus di Kongo adalah yang pertama sejak wabah serupa terjadi tiga bulan pada 2014. Wabah itu menewaskan 49 orang. Wabah itu tidak terkait dengan epidemi besar di Guinea, Liberia dan Sierra Leone yang menyebabkan ribuan orang tewas.

WHO mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Kongo untuk membantu petugas kesehatan dan peralatan pelindung di daerah terpencil, yang sulit diakses oleh tim, untuk "mengendalikan wabah" dengan cepat. Organisasi tersebut menggarisbawahi pentingnya menelusuri orang-orang yang memiliki kontak dengan korban yang telah dikonfirmasi untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Penderita disarankan untuk tetap mengisolasi diri saat menunggu pengobatan dengan masa inkubasi 21 hari. Wabah tersebut dapat menguji vaksin ebola yang baru-baru ini dikembangkan, yang menurut WHO dapat digunakan dalam keadaan darurat.

Aliansi vaksin global GAVI mengatakan 300 ribu dosis tersedia jika diperlukan untuk menghentikan wabah ini. Sejauh ini, semua kasus terkait dengan sebuah desa terpencil dan ini adalah sejenis ebola yang pernah terlihat di negara ini sebelumnya.

Allarangar Yokouide, perwakilan WHO di Kongo, mengatakan tim spesialis pertama tiba di daerah bencana Likati, akhir pekan lalu. Zona ini sekitar 1300km dari ibu kota, Kinshasa. "Daerah di Likati sulit diakses, namun pekerjaan melacak kontak sangat penting untuk menghentikan epidemi," katanya.

Ebola sesekali berpindah dari binatang ke manusia, termasuk kelelawar dan monyet. Tanpa tindakan pencegahan, virus dapat menyebar dengan cepat di antara orang-orang dan berakibat fatal pada 90 persen kasus. Belum ada pengobatan khusus untuk penyakit ini.

Sejumlah kasus Ebola yang baru akan menguji salah satu sistem kesehatan yang paling lengkap di dunia. Badan Pembangunan Internasional AS mengatakan bahwa diperkirakan 70 persen penduduknya memiliki sedikit atau tidak memiliki akses terhadap perawatan kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement