Senin 05 Jun 2017 02:06 WIB

Polisi Tembakkan 50 Peluru Hentikan Pelaku Teror London

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Polisi meletakkan papan yang mengumumkan penutupan jalan terkait insiden teror di Jembatan London dan Pasar Borough, Ahad (4/6).
Foto: AP
Polisi meletakkan papan yang mengumumkan penutupan jalan terkait insiden teror di Jembatan London dan Pasar Borough, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Petugas kepolisian Inggris menembakkan 50 peluru untuk menghentikan tiga penyerang dalam aksi teror di London, Sabtu (3/6) malam. Kepala polisi antiterorisme Mark Rowley mengatakan, para penyerang mengenakan rompi peledak palsu yang serupa dengan pelaku bom bunuh diri.

Ketiga penyerang tersebut membawa mobil van sewaan ke jalur pejalan kaki di Jembatan London dan berlanjut ke area Pasar Borough yang ramai di mana mereka menikam banyak orang. Tujuh orang dilaporkan tewas dan 48 orang dibawa ke rumah sakit.

"Delapan petugas perwira polisi mengepung mereka dan menembakkan 50 peluru dari senjata mereka. Ketiga penyerang tersebut tewas di tempat," kata Rowley.

Ia menjelaskan, sebagian besar petugas polisi di Inggris tidak bersenjata dan tidak biasa menembakkan senjata. Akan tetapi, situasi yang dihadapi sangat genting karena merupakan masalah hidup dan mati banyak warga tak bersalah sehingga polisi harus segera menetralisir ancaman tersebut.

Rowley mengatakan bahwa polisi membuat kemajuan signifikan dalam mengidentifikasi ketiga penyerang tersebut, namun tidak memberikan rincian apapun. Dia menyebutkan bahwa selain tiga pelaku serangan, diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan apakah ada orang lain terlibat dalam perencanaannya.

Pascakejadian, Rowley memastikan aparat akan meningkatkan aspek sekuritas di seluruh London. Pengaturan keamanan untuk ajang pemilu mendatang sedang ditinjau dan akan ada tambahan jumlah polisi, baik yang bersenjata maupun yang tidak bersenjata.

"Masyarakat juga akan segera menjumpai peningkatan tindakan fisik untuk menjaga keamanan publik di jembatan London," kata Rowley, dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement