Jumat 07 Jul 2017 13:33 WIB

Ada Kemungkinan Tersangka Lain dalam Bom Manchester

Warga muslim memanjatkan doa bagi korban teror di Manchester, Inggris (23/5)
Foto: Peter Nicholls/Reuters
Warga muslim memanjatkan doa bagi korban teror di Manchester, Inggris (23/5)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Polisi Inggris percaya tersangka lain bisa saja terlibat dalam serangan bom bunuh diri di Manchester yang menewaskan 22 orang di sebuah konser bintang pop Ariana Grande pada Mei, Kamis (6/7).

Laporan Sky News yang mengutip polisi setempat juga menyebutkan jika penangkapan lebih lanjut dapat dilakukan. "Kami percaya ada potensi orang lain terlibat dalam hal ini. Kami tidak percaya itu jaringan besar, kami yakin ada peluang penangkapan lain di masa depan," menurut Sky News mengutip Russ Jackson, kepala tim kontraterorisme yang bertugas di barat laut Inggris.

Polisi Manchester tidak segera bisa memastikan pernyataan yang dibuat pada media briefing itu. Sementara itu sejumlah serangan dan kebakaran kompleks apartemen di London yang terjadi dalam waktu yang berdekatan memperoleh perhatian Ratu Inggris.

Di tengah gejolak serangan militan, krisis politik dan bencana kebakaran mematikan, Ratu Elizabeth mengatakan rakyat Inggris berada dalam suasana hati yang sangat murung namun tegar dalam menghadapi kesulitan. Dilanda tiga serangan militan yang mematikan dan kebakaran sebuah blok menara 24 lantai yang menewaskan puluhan di London, Inggris juga tengah bergulat dengan krisis politik yang telah menyebabkan Perdana Menteri Theresa May melemah pada malam perundingan Brexit.

"Sulit untuk melepaskan diri dari suasana hati yang sangat suram. Negara ini telah mengalami sejumlah tragedi mengerikan secara beruntun," kata Elizabeth, ratu tertua dan terlama di dunia, dalam sebuah pesan resmi ulang tahunnya.

Elizabeth mengatakan selama kunjungan terakhir untuk menemui korban dia dikejutkan oleh kecenderungan orang untuk menawarkan kenyamanan dan dukungan bagi mereka yang membutuhkan.

"Dalam kondisi ini, Inggris telah tegar dalam menghadapi bencana," katanya. "Bersatu dalam kesedihan kita, kita sama-sama kuat, tanpa rasa takut, untuk mendukung semuanya membangun kembali kehidupan yang sangat terpengaruh oleh luka dan kerugian."

Elizabeth lahir pada 21 April 1926 di Bruton Street di London pusat ketika Calvin Coolidge adalah Presiden Amerika Serikat dan Josef Stalin baru saja mengambil kendali di Uni Soviet. Dia menjadi ratu pada 1952, saat berusia 25 tahun.

Pada usia 91 tahun, dia masih rutin melakukan tugas resmi tapi telah mengurangi jumlah acara dalam beberapa tahun terakhir. Dia merayakan dua ulang tahun setiap tahun, ulang tahunnya yang sebenarnya pada 21 April dan ulang tahun resminya yang biasanya jatuh pada Sabtu kedua di Juni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement