Senin 07 Aug 2017 08:46 WIB

ASEAN Buat Kesepakatan Bersama Atas Kondisi Masjid Al-Aqsha

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Kompleks Masjid Al Aqsha.
Foto: AP
Kompleks Masjid Al Aqsha.

REPUBLIKA.CO.ID,MANILA -- Menteri luar negeri negara-negara Asia tenggara (ASEAN) mengungkapkan keprihatinan atas kondisi keamanan di kompleks masjid Al-Aqsha. Semua pihak diminta untuk menahan diri untuk menjaga stabilitas di lingkungan tersebut, serta mempertahankan status quo atas masjid.

Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi, pernyataan tentang kekhawatiran tersebut merupakan hasil inisiatif Tanah Air. Diharapkan, dengan adanya pernyataan bersama yang disepakati ASEAN tersebut menjadi dorongan bagi para pihak terkait dalam konflik.

"Atas inisiatif Indonesia, para menlu ASEAN telah menyepakati pernyataan bersama mengenai situasi di Kompleks Masjid Al-Aqsa, " ujar Retno dalam usai pernyataan tersebut disepakati, Ahad (6/8).

Secara khusus, para menteri luar negeri ASEAN mendorong komunitas internasional untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan. Hal itu khususnya selain keamanan dan stabilitas adalah kebebasan beribadah di kawasan masjid Al-Aqsa secara berkelanjutan.

Para menteri luar negeri ASEAN juga mendorong dimulainya kembali proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Salah satunya adalah melalui solusi dua negara yang dinilai sangat penting.

Menteri luar negeri ASEAN menekankan bahwa solusi akhir yang adil dan komprehensif atas konflik Israel dan Palestina dapat memberikan konstribusi yang lebih besar terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah termasuk juga untuk di seluruh dunia.

Ketegangan di lingkungan Al-Aqsha terjadi dalam beberapa waktu terakhir, di mana adanya bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan warga Palestina. Salah satu yang memicu hal ini adalah dengan adanya keputusan pihak berwenang Israel untuk menutup area masjid tersebut.

Pemasangan detektor logam sempat dilakukan di pintu masuk lingkungan Kota Tua, yang menjadi rumah bagi Masjid Al-Aqsa. Bagi banyak warga Palestina, akses untuk memasuki rumah ibadah umat Muslim tersebut sejak lama menjadi hal yang sangat sulit.

Sejumlah kebijakan dan tindakan yang dilakukan Pemerintah Israel menjadi penyebab utama. Padahal, berdasarkan aturan saat periode Ottoman, hanya umat Islam yang memiliki hak beribadah di sana. Sementara mereka yang berasal dari warga Yahudi dan beberapa penganut agama lain hanya boleh melakukan kunjungan.

Salah satu demonstrasi yang berujung bentrokan terjadi pada 21 Juli lalu, di mana tiga warga Palestina yang merupakan jamaah Masjid Al-Aqsha tewas. Mereka terlibat dalam konfrontasi dengan pasukan keamanan Israel setelah melaksanakan ibadah shalat Jumat di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement