Rabu 16 Aug 2017 06:49 WIB

Kim Jong-un akan Amati Sikap AS Sebelum Serang Guam

Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merayakan upaya percobaan rudal balistik jarak jauh  Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea Utara
Foto: KCNA/Reuters
Foto rilis dari pemerintah Korea Utara menggambarkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merayakan upaya percobaan rudal balistik jarak jauh Hwasong-12 (Mars-12) diluncurkan militer Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menerima laporan tentaranya mengenai rencana menyerang daerah sekitar Guam. Kim mengatakan akan mengamati sikap Amerika Serikat untuk sementara waktu sebelum mengambil keputusan, kata kantor berita Korea Utara, Selasa (15/8).

"Amerika Serikat adalah yang pertama yang membawa banyak peralatan nuklir strategis di dekat kita, pertama-tama harus membuat keputusan tepat dan menunjukkan melalui tindakan jika mereka ingin mengurangi ketegangan di semenanjung Korea dan mencegah bentrokan militer, yang berbahaya," kata Kim sebagaimana dikutip dalam laporan KCNA.

Pemimpin Korea Utara itu memerintahkan tentara selalu siap menyerang jika dia mengambil keputusan bertindak, kata laporan tersebut. Sementara itu, wakil menteri pertahanan Korea Selatan Suh Coo-suk mengatakan Korea Utara belum sepenuhnya menguasai teknologi peluru kendali antarbenua dan butuh waktu sedikit-dikitnya satu atau dua tahun tambahan, meski kemampuan negara tersebut memasang hulu ledak nuklir berkembang sangat cepat.

Yang belum dikuasai Pyongyang adalah teknologi melindungi peluru kendali saat senjata tersebut memasuki kembali atmosfer setelah terbang ke luar angkasa. Kekhawatiran akan keberhasilan Korea Utara dalam mengembangkan peluru kendali nuklir, yang mampu menyasar daratan Amerika Serikat, memicu ketegangan kawasan dalam beberapa bulan belakangan.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengancam menyiagakan pasukannya jika Korea Utara melakukan tindakan gegabah. Suh mengatakan bahwa Korea Utara akan terus melakukan provokasi, termasuk di antaranya uji nuklir. Namun demikian dia tidak melihat ancaman serangan dari negara tetangganya itu.

Sementara itu, direktur badan intelejen Amerika Serikat, CIA, Mike Pompeo, sepakat bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan kembali menggelar uji coba senjata. "Saya yakin dia akan terus mengembangkan program rudal, jadi tidak akan mengejutkan jika ada percobaan lagi," kata Pompeo kepada "Fox Sunday News".

"Saya mendengar percakapan soal kemungkinan perang nuklir. Tapi saya tidak menerima laporan intelejen yang mengindikasikan hal itu akan terjadi dalam waktu dekat," kata dia.

Korea Utara akhir-akhir ini terus menggelar uji coba rudal. Sementara itu, kepala staf militer gabungan Amerika Serikat, Joseph Dunford, kini tengah mengunjungi Seoul untuk mendiskusikan ketegangan kawasan menjelang latihan militer bersama kedua negara yang dijadwalkan akan digelar pada akhir bulan ini.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Lee Jin-woo, mengatakan bahwa latihan bersama itu akan terus dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski ditentang oleh tetangganya di Utara. "Pelatihan itu sesuai dengan hukum dan akan berpusat pada pertahanan serta bagaimana meminimalkan provokasi dari Korea Utara," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement