Selasa 22 Aug 2017 12:29 WIB

Trump akan Kirim Tentara Tambahan ke Afghanistan

Red: Nur Aini
Pasukan tentara AS di Afganistan
Foto: VOA
Pasukan tentara AS di Afganistan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat pada Senin malam waktu setempat berencana untuk mengirim tentara tambahan ke Afghanistan sebagai bagian dari perubahan strategi untuk memenangkan perang melawan kelompok-kelompok gerilyawan di negara Asia Selatan tersebut.

Trump, dalam pidato di pangkalan militer di Washington mengatakan bahwa tujuan dari pengiriman pasukan itu adalah untuk mencegah agar Afghanistan tidak menjadi tempat suaka bagi kelompok militan anti-Amerika Serikat. Presiden dari Partai Republik itu kini harus menghadapi sejumlah tantangan dari pendahulu yang sering dikritiknya sendiri, termasuk di antaranya adalah pemberontakan kelompok Taliban dan lemahnya pemerintahan di Kabul.

Trump sendiri tidak mengungkapkan berapa banyak tentara yang akan dikirim, dan tidak menyebutkan sampai berapa lama Amerika Serikat akan tetap terlibat dalam perang di Afghanistan. Namun demikian, sejumlah sumber mengatakan bahwa dia telah menyetujui rencana Menteri Pertahanan James Mattis untuk mengirim 4.000 tentara untuk membantu 8.400 tentara yang sudah bertugas di Afghanistan.

Trump memperingatkan bahwa dukungan Amerika Serikat bukanlah "kertas cek kosong" dan tidak akan terlibat dalam aktivitas pembangunan bangsa. "Kami bukanlah pembangun bangsa. Kami membunuh para teroris," kata dia.

Sementara itu bagi negara Asia Selatan lain, Trump berencana untuk lebih bersikap tegas kepada Pakistan. Sejumlah sumber mengatakan Trump akan mengurangi bantuan keamanan bagi Pakistan jika negara berkekuatan nuklir itu tidak bekerja sama dalam menangani kelompok ekstrimis. "Kami tidak bisa tinggal diam soal Pakistan yang sudah menjadi suaka (bagi kelompok radikal bersenjata)," kata Trump.

Juru bicara militer Pakistan pada Senin menanggapi dengan mengatakan bahwa negaranya sudah mengupayakan semua hal untuk memberangus kelompok militan, termasuk jaringan Haqqani, yang merupakan sekutu Taliban di Afghanistan. "Tidak ada persembunyian teroris di Pakistan. Kami beroperasi untuk menumpas mereka, termasuk jaringan Haqqani," kata Mayor Jenderal Asif Ghafoor.

Di sisi lain, Trump juga meluaskan wewenang militer Amerika Serikat untuk beroperasi langsung menyasar kelompok militan dan jaringan kriminal. Dia mengatakan bahwa musuh-musuh Washington di Afghanistan "harus tahu bahwa mereka sudah tidak punya tempat persembunyian--bahwa tidak ada tempat yang tidak bisa dijangkau oleh tentara kami. Tentara kami akan bertempur untuk menang," kata dia.

Koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat sudah menginvasi Afghanistan dan menggulingkan rezim Taliban di negara tersebut karena menyembunyikan sejumlah anggota kelompok Al Qaeda yang terlibat dalam perencanaan serangan 11 September. Meski sudah menewaskan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, pasukan Amerika Serikat masih belum bisa keluar dari Afghanistan dalam lima periode kepresidenan dari George W. Bush, Barack Obama, hingga Donald Trump. Mereka harus berhadapan dengan Taliban yang kini menguasai sebagian wilayah di utara.

Washington khawatir jika Taliban kembali berkuasa, maka Afghanistan akan menjadi tempat pertumbuhan yang subur bagi Al Qaeda dan ISIS yang kemudian berpotensi merencanakan serangan ke Amerika Serikat.

"Ini adalah strategi yang sudah sangat terlambat dan sementara itu Taliban sudah banyak memenangkan pertempuran," kata Senator Partai Republik, John McCain.

Langkah terbaru sang presiden sebenarnya merupakan kebijakan yang menjilan ludah sendiri. Pada masa kampanye tahun lalu, dia mengatakan bahwa perang di Afghanistan sudah terlalu banyak menghabiskan uang negara dan nyawa tentara.

"Insting pertama saya adalah menarik pasukan dari Afghanistan," kata dia dalam pidato pada Senin, namun kemudian menambahkan bahwa dia berhasil diyakinkan oleh anggota kabinet keamanan untuk mencegah agar Taliban tidak berkuasa di Kabul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement