Ahad 27 Aug 2017 02:17 WIB

Jurnalis AS Tewas dalam Pertempuran di Sudan Selatan

Rep: Sri Handayani/ Red: Israr Itah
Perang (ilustrasi)
Foto: AP/Ben Curtis
Perang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Seorang jurnalis asal Amerika Serikat yang bekerja di Sudan Selatan termasuk dalam 19 orang yang tewas dalam pertempuran Sabtu (26/8) antara pemerintah dan pemberontak di bagian Sungai Yei.

Christopher Allen, jurnalis tersebut, bekerja untuk berbagai media berita. Ia tewas dalam pertempuran sengit di Kota Kaya.

Sejak 2013, Sudan Selatan tengah dirundung konflik. Terjadi perselisihan antara Presiden Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar.

"Di lapangan, sekitar 16 (mayat) telah ditemukan di sekitar posisi pertahanan, termasuk orang kulit putih ini," kata juru bicara militer, Santo Domic Chol, kepada Reuters.

Pemberontak mengidentifikasi jurnalis tersebut bernama Allen. Ia sudah bersama para pemberontak selama sepekan terakhir. Di antara para korban tewas juga ada tiga tentara pemerintah.

"Kami berduka untuk keluarganya. Dia datang ke sini untuk menceritakan kisah kami," kata seorang pemberontak yang mengenal Allen.

Dia meminta namanya dirahasiakan. Ia berkata Allen berada di tengah pertempuran dalam kondisi mengenakan jaket bertuliskan PRESS.

Chol mengatakan pemberontak telah menyerang sebuah pangkalan militer di Kaya.  Namun mereka kalah setelah pertarungan selama satu jam. Pemerintah AS tidak segera menanggapi saat Reuters meminta komentar.

Negara tersebut bergerak dalam perang saudara. Mereka terlibat dalam perselisihan etnis setelah Kiir memecat Machar pada akhir 2013.

Pada Agustus 2015, Presiden dan Machar menandatangani kesepakatan damai. Machar kembali ke ibu kota pada April 2016 untuk berbagai kekuasaan dengan Kiir. Namun, sebelum kesepakatan itu berakhir, Machar dan para pendukungnya melarikan diri dari ibu kota.

Konflik tersebut telah memaksa sekitar 4 juta orang meninggalkan rumah mereka. Uganda saat ini menampung lebih dari satu juta pengungsi Sudan Selatan, sementara lebih dari 330 ribu  orang telah melarikan diri ke negara tetangga Ethiopia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement